Loading
AFRIKA adalah benua besar yang memiliki lebih dari 50 suku dan juga lebih dari 1000 macam budaya serta merupakan peradaban tertua di dunia. Negara ini boleh dibilang rumah bagi beragam agama, budaya dan keanekaragaman warna-warni tradisi pernikahan. Ada tradisi Ethiopia, Kenya, Namibia, Nigeria, Sudan, Egypt, Ankole, Pygmie, Maroko, Nil, Kongo dan Zambia. Meski prosesinya rumit, namun sungguh eksotis!
Para lajang Afrika modern yang telah meninggalkan keluarga dan kerabatnya, dewasa ini menikah bukan saja karena alasan cinta, akan tetapi masih banyak yang menikah karena alasan tradisi-tradisi lama. Agama-agama tradisional Afrika berpusat pada keselarasan keluarga, sehingga semua anggota keluarga terlibat dalam upacara perkawinan.
Jelas, ini bukan sekadar perkawinan yang menyatukan dua individu, melainkan juga menyatukan dua keluarga. Dalam kepercayaan Afrika, semakin banyak anggota keluarga terlibat, semakin banyak kemakmuran akan diperoleh.
Tahap untuk melangkah ke jenjang pernikahan dimulai dengan perjodohan. Perjodohan merupakan proses penyatuan dia keluarga. Proses ini diawali dengan pesta kecil, di rumah ataupn di tempat kerja. Calon pengantin pria membuat daftar nama kerabat, sahabat atau sesepuh untuk melakukan pendekatan formal kepada keluarga calon pengantin wanita. Orang-orang dalam daftar nama tersebut berperan sebagai perantara dalam pembicaraan dan kesepakatan kedua keluarga.
Sementara itu, calon pengantin pria harus memikat hati calon mempelainya dengan persembahan emas, perhiasan, uang, ternak, kain dan berbagai barang lainnya. Semua persembahan itu menandakan bahwa calon pengantin pria mampu menyediakan nafkah dan berkeinginan menjadi bagian dari keluarga mempelai wanita. Pihak keluarga calon pengantin wanita menyatakan kesediaan dan penerimaannya dengan memberikan sejumlah hadiah kembali kepada calon pengantin pria.
Baca juga:
Seribu Budaya Pernikahan Adat Afrika (1)Pada prosesi pernikahan, di Ethiopia khususnya orang-orang Karo, calon pengantin wanita akan mempercantik dirinya,membuat tato pada perutnya dengan simbol khas Ethiopia. Sementara orang Amhara, prosesi upacara perkawinan dinegosiasikan oleh kedua belah pihak keluarga melalui catatan sipil dengan menghadirkan seorang Pendeta, Pastor, Kyai/Ustad.
Di Kenya, pada upacara perkawinan berlangsung, ayah dari pengantin wanita meludah kepala dan dada pengantin wanita sebagai berkat kemudian beranjak pergi bersama suaminya. Pasangan tersebut berjalan tanpa menoleh ke belakang menuju rumahnya, karena jika menoleh mereka khawatir akan berubah menjadi batu. Guna menangkal nasib buruk, kadang-kadang para wanita dari keluarga calon pengantin pria bahkan akan menghina calon pengantin wanita.
Selain itu, kedua mempelai juga akan dimandikan dengan minyak kayu cendana dan tubuhnya ditato orang seorang wanita tua atau Somo yang berpengalaman akan memberikan pembekalan bagi calon wanita. Ini merupakan kombinasi antara ritual memandikan calon pengantin wanita dan pelajaran pranikah baginya. Dalam pembekalan ini calon pengantin wanita dibekali pengetahuan tentang pria, mengelola rumahtangga dan mengasuh anak.
Pasangan pengantin Afrika modern. (Net)
Bahkan, Somo akan bersembunyi di bawah tempat tidur pasangan tersebut kalau-kalau pasangan tersebut bermasalah dalam hubungan. Tradisi suku Samburu, Kenya cukup rumit dengan serangkaian ritual unik dan rumit. Perkawinan disimpulkan ketika banteng memasuki gubuk dan dijaga oleh ibu pengantin perempuan dan dibunuh.
Selain itu, juga terdapat norma dimana pengantin akan ditampilkan di depan umum yang disebut Kupamba. Upacara ini digelar pada malam hari, menandai bahwa bahwa pengantin wanita sudah resmi menikah.
Orang-orang Himba di Namibia akan menculik pengantin sebelum perkawinan berlangsung. Setelah upacara berlangsung pengantin wanita akan dibawa ke rumah dimana keluarga akan menyampaikan apa yang menjadi tanggungjawabnya sebagai istri dan kemudian diurapi dengan lemak dari sapi. Hal ini menunjukkan bahwa dia diterima dalam keluarga pengantin pria.
Berbeda dengan di Nigeria. Pernikahan berlangsung di pengadilan Wodabee. Sepupu laki-laki dari seorang gadis akan memakai jimat-jimat ampuh untuk meningatkan daya tarik mereka di hadapan calon pengantin wanita. Jika ada dua sepupu yang tertarik menginginkan gadis yang sama maka gadis itu akan memilih salah satunya sebagai pasangan untuk menjadi calon suaminya untuk selanjutnya upacara pernikahan digelar.
Orang Neur, Sudan dan bagian lain dari sungai Nil memiliki ritual yang berbeda dimana calon pengantin pria harus membayar 20-40 ternak domba dan perkawinan berlangsung dan istri harus melahirkan dua anak. Jika istri hanya memiliki satu anak saja maka suami akan minta cerai dan juga meminta pengembalian ternak yang diberikan atau hak asuh anak diberikan kepada suami. Sementara, jika suami meninggal dunia maka keluarga dari pihak suami harus menyerahkan kakak dari suami tersebut untuk istrinya dan anak-anak yang lahir menjadi tanggung jawab kakanya.
Di Somalia, seorang gadis akan bertunangan dengan seorang pria pada usia dini dan pria tersebut dapat menikahi empat orang gadis lagi jika keuangan bukan menjadi masalah baginya.
Beragam tradisi pernikahan di benua hitam itu tidak ada yang persis sama. Namun, perlu diketahui, pengantin perempuan memainkan peran yang sangat penting dan diperlakukan secara terhormat karena merupakan penghubung antara yang belum lahir dan para leluhur.
Di beberapa wilayah di Afrika Timur keluarga pengantin dengan berkuda akan pergi bersama-sama untuk mendirikan sebuah rumah baru bagi pasangan tersebut. Di Afrika Selatan. Rumah baru ini menandai awal kehidupan bersama seorang pria dan wanita. Karenanya, pengantin wanita bersama orangtua pengantin pria akan membawa api dari tungku-tungku dapur mereka di rumah pengantin wanita menuju ke rumah baru pasangan pengantin dan di rumah baru, api akan dinyalakan.
Pernak-PernikTerdapat duabelas simbol kehidupan penting dalam budaya Afrika yang dapat diberikan pada upacara pernikahan. Ke-12 simbol kehidupan itu penting dalam budaya Afrika dan dapat diberikan sebagai bagian dari upacara pernikahan tersebut.
Simbol-simbol tersebut adalah: anggur, gandum, lada, garam, sayuran pahit, air, panci, dan sendok, sapu, madu, tombak, perisai, dan salinan dari Alkitab atau Al’Quran. Masing-masing mewakili aspek yang berbeda dari cinta dan kekuatan yang menyatukan dua keluarga. Pesta perkawinan tradisional dikenal sebagai Karamu.
Selain pernak-pernik, prosesi lain yang digelar pada upacara pernikahan di Afrika adalah: Leluhur. Upacara pernikahan Afrika sesungguhnya merupakan suatu persilangan pertemuan antar anggota keluarga, antara yang masih hidup dengan yang sudah mati. Di banyak masyarakat Afrika, dilakukan upacara-upacara doa kepada para dewa dan juga kepada arwah para leluhur, agar bisa diperoleh kebahagiaan, kemakmuran dan panjang umur bagi kedua mempelai.
Pengucuran air. Ritual ini dilakukan dengan air suci; pendeta melakukannya untuk mengundang para dewa dan arwah para leluhur kedua mempelai agar memberkati mereka dengan perkawinan yang bahagia.
Mengikatkan tali. Banyak pernik upacara yang beragam dalam masyarakat Afrika, namun ada satu tradisi yang tersebar luas di seluruh benua hitam ini, yaitu upacara mengikatkan tali pernikahan. Kerabat dan tamu undangan tertentu mengikatkan seutas kulit, tali atau sulur tanaman ke kedua mempelai, untuk mengikat keduanya dalam tali perkawinan. Ikatan simbolis ini dilakukan di pergelangan tangan ataupun di pinggang. |Berbagai sumber| Bersambung...