Jumat, 12 September 2025

Piala Dunia Bagai Sayatan Hati bagi Penyerang Brazil Pepe


  • Jumat, 08 Juni 2018 | 23:48
  • | Bola
 Piala Dunia Bagai Sayatan Hati bagi Penyerang Brazil Pepe Piala Dunia bagai sayatan hati bagi penyerang Brazil Pepe. (Bola.com)

SANTOS, BRAZIL, ARAHKITA.COM - Memenangkan Piala Dunia mutlak menjadi pencapaian puncak untuk sebagian besar pesepak bola, tetapi mencapai prestasi untuk kedua kalinya secara beruntun merupakan sayatan hati tersendiri bagi striker Brazil Pepe.

Alasannya karena dia tidak pernah bermain.

"Ada banyak kegembiraan dan banyak kesedihan," kata Pepe yang merupakan salah satu dari tiga pria yang memegang dua medali juara Piala Dunia tanpa memainkan permainan serta satu-satunya yang masih hidup.

"Saya tidak pernah beruntung dengan selecao. Saya mengalami cedera menjelang kedua edisi Piala Dunia, pada 1958 di Swedia dan 1962 di Chile. Itu adalah cedera serius dan saya tidak bisa pulih tepat waktu,"ungkapnya.

"Jadi ada kesedihan dan kemudian ada suka cita menjadi juara, menjadi bagian dari kelompok pemenang. Saya menganggap diri saya pemenang Piala Dunia dua kali beruntun meskipun ada semua masalah ini," ucapnya.

Pepe, yang memiliki nama lengkap Jose Macia, merupakan penyerang sayap kiri pilihan pertama Brazil menjelang Piala Dunia 1958.

Ketika itu, dia dalam performa terbaik dan ganas dalam mencetak gol, tetapi cedera pergelangan kakinya di uji coba terakhir melawan Inter Milan dan digantikan oleh pemain sayap-cum-gelandang kurus bernama Mario Zagallo.

Zagallo memang kurang memberi ancaman gol, tetapi dia lebih mahir dalam mengejar dan dia tampil baik ketika Brazil memunculkan pemuda 17 tahun, Pele, dan meraih gelar pertama mereka.

Pepe sebagaimana dilansir Antara dari Reuters pulih setelah Piala Dunia itu, dan masuk dalam skuat Brazil yang berusaha mempertahankan gelarnya empat tahun kemudian di Chile.

Namun, bencana kembali melanda. Pepe tertatih-tatih keluar dari pertandingan uji coba terakhir melawan Wales dan dipaksa untuk menonton dari pinggir lapangan di Santiago saat Brazil mempertahankan gelar mereka.

Saat ini pria 83 tahun itu masih tinggal di Santos dan dipuja di kota di mana ia mencetak 405 gol, yang merupakan tertinggi kedua setelah Pele.

Dia memenangkan Copa Libertadores dua kali, Piala Intercontinental dua kali dan mewakili Selecao sebanyak 41 kali dengan mencetak 22 kali gol.

Ketika hari-harinya bermain berakhir, dia pindah ke manajemen, dan sangat mengingat hari-harinya di Arab Saudi ketika melatih seorang Pep Guardiola di Al Ahli.

Saat ini ketika lebih dari setengah abad setelah kekecewaan gandanya, orang-orang masih bertanya kepada dia dan meragukan tentang 'prestasi'nya.

Dan meskipun setiap empat tahun dia memasang wajah pemberani, di baliknya terdapat senyum kekecewaan yang tidak pernah benar-benar memudar.

"Itu tidak mengganggu saya, orang-orang bertanya kepada saya tentang hal itu bahkan hari ini," katanya sambil tertawa kecut.

"Tapi masih ada rasa sakit, karena tidak bisa bermain meskipun aku menginginkannya. Tapi itulah hidup," tutur dia mengakhiri.


Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Bola Terbaru