Selasa, 30 Desember 2025

Tradisi Mulai Ditinggal: 5 Hal Pernikahan yang Tak Lagi Penting bagi Generasi Z


 Tradisi Mulai Ditinggal: 5 Hal Pernikahan yang Tak Lagi Penting bagi Generasi Z Kue pengantin bertingkat tinggi dengan fondant tebal bukan lagi primadona. Generasi Z lebih tertarik menjadikan hidangan penutup sebagai pengalaman visual dan sosial yang seru. (Tangkapan Layar bridesc.com)

GENERASI Z dikenal sebagai generasi yang berani mendefinisikan ulang banyak hal—termasuk pernikahan. Bagi mereka, hari bahagia bukan tentang menuruti daftar tradisi lama, melainkan tentang pengalaman yang terasa jujur, nyaman, dan mencerminkan kepribadian pasangan.

Tak heran jika sejumlah elemen pernikahan yang dulu dianggap “wajib” kini justru tak lagi menjadi prioritas, baik dari sisi waktu maupun anggaran. Berikut lima elemen pernikahan yang mulai ditinggalkan Generasi Z—dan alasan di baliknya dilansir dari Brides.com

1. Acara yang Terlalu Kaku dan Terlalu Diatur

Pernikahan dengan susunan acara yang kaku dan penuh protokol kini dianggap kurang relevan oleh banyak pasangan Gen Z. Mereka cenderung menghindari momen yang terasa terlalu dipaksakan atau “berlebihan secara visual”.

Alih-alih mengikuti urutan acara tradisional yang panjang, Gen Z lebih menyukai alur yang mengalir alami. Fokusnya bukan pada kesempurnaan teknis, melainkan pada suasana yang hangat, santai, dan apa adanya—baik untuk pasangan maupun tamu undangan.

2. Mengurangi Biaya di Detail Kecil, Fokus ke Pengalaman

Bagi Generasi Z, pengeluaran pernikahan harus terasa “worth it”. Itulah sebabnya mereka tak ragu memangkas anggaran untuk hal-hal yang dianggap kurang berdampak, seperti suvenir standar atau cetakan dekoratif yang mudah dilupakan.

Sebagai gantinya, dana dialihkan ke pengalaman yang benar-benar dirasakan tamu: minuman unik, sajian interaktif, hingga aktivitas pra-acara yang menyenangkan. Prinsipnya sederhana—lebih baik satu pengalaman berkesan daripada banyak detail yang cepat dilupakan.

3. Tradisi Lama yang Dianggap Canggung

Tak semua tradisi lama terasa nyaman bagi Generasi Z. Beberapa ritual klasik, seperti tarian pertama yang formal atau pemotongan kue simbolis, mulai ditinggalkan karena dianggap canggung atau tidak relevan dengan karakter pasangan.

Sebagai alternatif, mereka memilih momen yang lebih inklusif dan egaliter—misalnya bersulang bersama seluruh tamu atau menciptakan momen perayaan yang melibatkan semua orang, tanpa sorotan berlebihan pada satu adegan tertentu.

4. Kue Pengantin Bukan Lagi Fokus Utama

Kue pengantin bertingkat tinggi dengan fondant tebal bukan lagi primadona. Generasi Z lebih tertarik menjadikan hidangan penutup sebagai pengalaman visual dan sosial yang seru.

Mulai dari dessert bar interaktif, gerobak es krim, hingga dinding donat, makanan penutup kini berfungsi ganda: memanjakan tamu sekaligus menjadi konten visual yang menarik. Yang penting bukan seberapa megah kuenya, melainkan seberapa menyenangkan momennya.

5. Konsep Pesta Pernikahan yang Lebih Fleksibel

Pesta pernikahan juga mengalami pergeseran makna. Gaun seragam, peran gender yang kaku, hingga jumlah pengiring yang besar mulai ditinggalkan.Banyak pasangan Gen Z memilih pengiring yang lebih sederhana, bahkan ada yang meniadakannya sama sekali. Fokusnya kembali ke inti acara: pasangan itu sendiri. Pendekatan ini membuat pernikahan terasa lebih personal, intim, dan tidak terjebak dalam ekspektasi sosial.

Bagi Generasi Z, pernikahan bukan panggung untuk mengikuti tradisi tanpa makna, melainkan ruang untuk merayakan cinta dengan cara yang paling jujur. Mereka memilih apa yang relevan, meninggalkan yang terasa usang, dan membangun pengalaman yang benar-benar berkesan—baik bagi diri sendiri maupun orang-orang terdekat.

Editor : Patricia Aurelia

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Wedding Terbaru