Rabu, 31 Desember 2025

Fenomena Pesta Pernikahan Palsu, Tren Seru Generasi Z di India tanpa Ritual dan Drama


 Fenomena Pesta Pernikahan Palsu, Tren Seru Generasi Z di India tanpa Ritual dan Drama Pesta bertema pernikahan atau pernikahan palsu semakin populer di kalangan anak muda India. (Foto: bbc.com)

APA yang terlintas di benak saat mendengar kata "pesta pernikahan" di India? Barangkali bayangan Anda langsung tertuju pada gemerlap lampu, lantunan musik Bollywood, hidangan berlimpah, dan pakaian berkilauan. Namun kini, pesta mewah ala India hadir tanpa mempelai, tanpa ritual suci, bahkan tanpa keluarga—semuanya hanya demi satu hal: kesenangan.

Tren unik ini disebut fake wedding party atau pesta pernikahan palsu, sebuah fenomena baru yang tengah naik daun di kota-kota besar India seperti Delhi, Mumbai, dan Bengaluru. Acara ini bukan resepsi sungguhan, melainkan pesta bertema pernikahan yang dibuat demi hiburan. Tak ada janji suci atau ritual api suci (pheras), hanya musik, tarian, dan suasana pesta yang meriah.

Mengapa Gen Z Terpikat?

Bagi generasi muda, khususnya Gen Z, pesta pernikahan tradisional kerap kali terasa penuh tekanan: aturan berpakaian, omongan keluarga, dan tanggung jawab sosial lainnya. Dalam pesta pernikahan palsu, semua beban itu hilang. Yang tersisa hanyalah kemeriahan.

Shivangi Sareen, salah satu peserta pesta di Delhi, mengatakan bahwa pengalaman tersebut begitu menyenangkan. “Di pernikahan sungguhan, kadang banyak tekanan. Tapi di sini, kita bebas bergaya, bersenang-senang, dan datang hanya untuk menikmati malam,” ujarnya. Ia dan teman-temannya rela membayar 10.000 rupee per pasangan untuk hadir.

Harga tiket untuk menghadiri pesta semacam ini memang bervariasi, mulai dari 1.500 rupee hingga lebih dari 15.000 rupee, tergantung pada tempat dan fasilitas.

Gagasan yang Menular dan Peluang Bisnis

Pesta ini tak hanya menjadi ruang hiburan, tapi juga ladang bisnis yang menjanjikan. Banyak penyelenggara acara, hotel, dan klub berlomba menghadirkan pengalaman "pernikahan impian tanpa beban."

Sharad Madan, pemilik restoran yang rutin menggelar acara tersebut, mengungkapkan bahwa inovasi seperti ini penting dalam dunia perhotelan. “Kita harus terus menciptakan sesuatu yang baru bagi pelanggan,” katanya. Ia bahkan menyebutkan bahwa timnya mengeluarkan satu juta rupee untuk satu acara dan menargetkan keuntungan dua kali lipat.

Kaushal Chanani dari 8Club, penyelenggara pesta serupa di Bengaluru yang dihadiri 2.000 orang, mengatakan bahwa ide ini awalnya terinspirasi dari komunitas diaspora India di luar negeri. “Mereka terbiasa berkumpul, berdansa dengan lagu Bollywood, dan memakai pakaian tradisional. Dari situ lahirlah ide pernikahan palsu,” ujarnya.

Melihat sambutan luar biasa, 8Club kini mulai mengembangkan acara serupa di kota-kota lain seperti Jaipur, Kolkata, dan Lucknow.

Variasi Konsep: Ada yang Bebas Alkohol

Tidak semua pesta bertema pernikahan dibuat dalam balutan glamor dan alkohol. Perusahaan rintisan bernama Third Place menggelar sangeet palsu yang bebas alkohol dengan berbagai permainan bertema pernikahan, seperti tebak-tebakan dan kuis karakter kerabat.

Anurag Pandey, CEO-nya, mengatakan mereka ingin menghadirkan esensi pernikahan India tanpa perlu berpesta liar. “Terkadang alkohol justru merusak suasana. Kami ingin memberikan pengalaman yang lebih berkesan dari sekadar pesta biasa,” ujarnya dilansir dari laporan Nikita Yadav untuk bbc.com.

Ruang Ekspresi, Nostalgia, dan Pakaian Mewah yang Terlupakan

Tren ini bukan sekadar tren gaya hidup, tetapi juga cerminan hasrat anak muda untuk merayakan momen dalam hidup, bahkan jika momen itu tidak nyata. Penulis dan komentator sosial Santosh Desai menyebut bahwa pernikahan menjadi simbol sempurna untuk sebuah perayaan, terutama saat stres dan drama dikesampingkan.

Menurutnya, pesta ini juga menjadi alasan untuk kembali memakai pakaian mewah yang biasanya hanya dipakai sekali dalam hidup.

Tren Sementara atau Masa Depan Industri Event?

Vijay Arora dari Touchwood Events menyebut tren ini sebagai fenomena sesaat, tapi memiliki potensi besar. Ia yakin jika tren ini berkembang, bisa jadi pembuka jalan bagi segmen baru dalam industri event dan hospitality.

Industri pernikahan India sendiri bernilai sekitar 130 miliar dolar AS dan terus berkembang. Namun, banyaknya bulan-bulan "sepi pernikahan" seperti saat musim hujan, membuka peluang baru untuk mengisi kekosongan jadwal dengan konsep pesta pernikahan palsu.

Tidak Semua Senang: Ada yang Kecewa

Meskipun banyak yang menikmati, tidak semua pengalaman berjalan mulus. Srishti Sharma, pekerja muda di Bengaluru, mengaku kecewa. Ia berharap nuansa pesta pernikahan yang autentik, namun justru mendapatkan pizza, kentang goreng, dan EDM yang tidak sesuai ekspektasi.

“Tak ada makanan khas pernikahan, tak ada dekorasi yang megah,” keluhnya. Meski begitu, ia mengakui satu hal positif: “Setidaknya saya tak harus mendengar omelan saudara yang bilang, ‘Kamu kapan nikah?’”

Antara Hiburan dan Potensi Besar

Pesta pernikahan palsu telah membuka babak baru dalam dunia hiburan dan budaya pop India. Di satu sisi, ia memberikan ruang bagi generasi muda untuk bersenang-senang tanpa tekanan. Di sisi lain, ia membuka peluang bisnis yang cukup menjanjikan dalam industri event yang kompetitif.

Apakah ini akan menjadi tren jangka panjang? Waktu yang akan menjawab. Namun yang pasti, konsep ini telah menantang cara kita memandang perayaan, pernikahan, dan kebutuhan manusia akan kebersamaan—meskipun hanya untuk malam penuh tarian, tawa, dan kenangan.

 

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Wedding Terbaru