Ini yang Dibahas pada Pertemuan Tertutup Zulkifli-Gatot di Parlemen


 Ini yang Dibahas pada Pertemuan Tertutup Zulkifli-Gatot di Parlemen Ketua MPR Zulkifli Hasan saat bertemu mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo di Komplek Gedung MPR/DPR/DPD RI atau Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (8/5/2018). (Nawacita)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menerima kunjungan mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo dan keduanya melakukan pertemuan tertutup di ruang kerjanya di Komplek Gedung MPR/DPR/DPD RI atau Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (8/5/2018).

Gatot Nurmantyo tiba di Lantai 9 Gedung Nusantara III Komplek Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, sekitar pukul 10.30 WIB disambut oleh Ketua DPR RI Zulkifli Hasan dan sejumlah staf pimpinan MPR RI.

Hadir juga pada pertemuan tersebut, Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Edi Suparno.

Ketika Gatot Nurmantyo telah berada di ruangan kerja Zulkifli Hasan dan diberikan kesempatan sejenak untuk pengambilan foto, kemudian dilakukan tertutup, selama sekitar 40 menit.

Setelah usai pertemuan, baik Zulkifli Hasan maupun Gatot Nurmantyo memberikan pernyataannya kepada pers.

Menurut Gatot Nurmantyo, dirinya bertemu dengan Zulkifli Hasan karena mendapat undangan untuk bertemu dan kebetulan saat ini memiliki waktu yang sama sehingga dapat bertemu.

"Sebenarnya sudah lama saya ingin bertemu dengan Pak Zul, tapi waktunya yang belum pas," katanya.

Gatot menjelaskan, pada pertemuan tersebut dirinya sebagai bagian dari rakyat Indonesia menyampaikan beberapa persoalan yang merupakan aspirasi masyarakat kepada Zulkifli Hasan sebagai ketua MPR RI.

Aspirasi tersebut, kata dia, antara lain, soal ancaman "proxy war" yakni ancaman perang melalui berbagai aspek kehidupan bangsa.

Gatot juga menyampaikan kekhawatirannya terhadap budaya asli Indonesia yang mulai tergerus oleh budaya global, sehingga nilai-nilai luhur bangsa Indonesia makin memudar.

"Salah satu dampak negatifnya adalah banyak pemuda Indonesia yang menjadi korban bahaya narkoba," katanya.

Pada kesempatan tersebut, Gatot juga menyampaikan aspirasi masyarakat dalam menghadapi pemilu presiden 2019 yang rawan terjadi gesekan antarkelompok masyarakat.

Menurut dia, bangsa Indonesia sesungguhnya adalah bangsa yang ramah dengan budaya gotong-royong serta musyawarah mufakat.

"Ini adalah nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang hidup di tengah budaya masyarakat," katanya.

Gatot juga menyampaikan pandangannya, bahwa pemilu presiden adalah pesta demokrasi untuk memilih pemimpin bangsa dan negara, secara periodik setiap lima tahunan.

Karena itu, kata dia, kalaupun ada perbedaan pilihan politik, kata dia, adalah hal wajar dalam mencari figur yang terbaik, tapi harus tetap mengutamakan persatuan bangsa.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Politik Terbaru