Loading
Wakil presiden ke-11 Indonesia, Boediono, saat menyapaikan kata sambutan mengenai ketidakpastian geopolitik dunia dalam rangka HUT ke-35 Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) di Jakarta, Selasa. (ANTARA/Kuntum Riswan)
JAKARTA, POLITIK.ARAHKITA.COM — Mantan Wakil Presiden RI ke-11, Boediono, menegaskan bahwa masa depan Indonesia sangat bergantung pada kemampuan menyatukan kekuatan teknokrat dan politikus dalam menghadapi tantangan geopolitik dan dinamika dalam negeri yang kian kompleks.
Pesan tersebut disampaikan Boediono saat memberikan kuliah umum bertema ketidakpastian geopolitik global dalam rangka HUT ke-35 Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) di Jakarta, Selasa (14/10/2025).
Menurut Boediono, sejarah telah menunjukkan bahwa sinergi antara teknokrasi dan politik pernah membawa Indonesia ke masa keemasan pada era 1970–1990-an. Kala itu, para teknokrat dipercaya merumuskan kebijakan berbasis ilmu pengetahuan, sementara pemegang kekuasaan politik memberi ruang bagi implementasi kebijakan tersebut.
“Banyak dari kita berharap sinergi positif antara teknokrasi dan politik bisa terulang kembali, apalagi di tengah suasana geopolitik dan geoekonomi dunia yang penuh risiko dan ketidakpastian,” ujar Boediono.
Ia mengingatkan bahwa Indonesia pernah berhasil menekan inflasi tinggi pada 1960-an, lalu menikmati pertumbuhan ekonomi pesat selama dua dekade berikutnya. Masa itu pula yang membuat Indonesia sempat dijuluki “kandidat macan Asia” sebelum krisis moneter melanda pada 1997.
Baca juga:
Boediono Tegaskan Kemajuan Indonesia Butuh Sinergi Seimbang antara Teknokrat dan Politikus“Penggalan sejarah ini memberi pelajaran penting: sinergi antara para ahli dan para pemegang keputusan politik adalah kunci kemajuan,” tambahnya.Boediono menilai bahwa politik dan ekonomi tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling menguatkan dan menentukan arah kebijakan negara.
“Konsep ekonomi yang bagus tapi tidak mendapat dukungan politik hanya akan menjadi ide di atas kertas. Sebaliknya, semangat politik yang tinggi tapi tanpa dasar kebijakan yang solid bisa berujung pada kekacauan,” tegasnya dikutip Antara.
Baca juga:
Momentum HUT ke-75 RI, Perkuat Ketahanan Nasional untuk Perangi COVID-19 dan Virus Radikal TerorismeLebih lanjut, Boediono menegaskan bahwa keberhasilan sebuah negara di panggung internasional tidak hanya bergantung pada diplomasi, tetapi juga pada kemampuan menjaga harmoni antara kepemimpinan politik dan perencanaan teknokratik yang matang.
“Teknokrasi dan politik harus bersinergi. Keduanya akan melahirkan kebijakan yang baik bila masing-masing tetap setia pada fungsi dan kaidah institusionalnya,” pungkas Boediono.