Selasa, 30 Desember 2025

6 Pertarungan Panas Alcaraz vs Sinner: Rivalitas Baru yang Kuasai Dunia Tenis 2025


 6 Pertarungan Panas Alcaraz vs Sinner: Rivalitas Baru yang Kuasai Dunia Tenis 2025 Tangkap layar petenis Italia Jannik Sinner (kanan) bersama petenis Spanyol Carlos Alcaraz (kiri) berfoto bersama dengan menunjukkan trofi Six Kings Slam di Riyadh, Arab Saudi, Sabtu (18/10/2025). (instagram.com/janniksin)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Musim 2025 menjadi panggung terbesar rivalitas Carlos Alcaraz dan Jannik Sinner. Sepanjang tahun, keduanya terlibat dalam enam pertarungan besar yang bukan hanya menentukan peta kekuatan tenis dunia, tetapi juga menghadirkan drama yang membuat penikmat olahraga ini tak bisa berpaling. Dari enam pertemuan itu, Alcaraz membukukan empat kemenangan, memperlebar keunggulan head-to-head menjadi 10–6 atas rival terberatnya tersebut.

1. Roma Masters: Alcaraz Redam Ambisi Tuan Rumah

Laga pertama tahun ini mempertemukan mereka di final Roma Masters. Sinner datang dengan keinginan besar—menjadi petenis Italia pertama sejak Adriano Panatta (1976) yang menjuarai turnamen tersebut. Namun Alcaraz justru mencuri perhatian publik tuan rumah.

Sinner sempat memaksakan permainan ketat dan menahan dua set point. Tetapi kesalahan forehand dan backhand di momen penting membuka peluang Alcaraz untuk mengambil alih. Petenis Spanyol itu tampil memukau, mematahkan rangkaian 26 kemenangan beruntun Sinner, dan meraih gelar Roma pertamanya.

“Dia punya aura itu,” ujar Alcaraz tentang Sinner. “Orang-orang memberi tekanan besar ketika kami berhadapan, dan rasanya memang berbeda.”

2. French Open: Comeback Gila Alcaraz di Final Terlama Roland Garros

Final Roland Garros tahun ini langsung masuk sejarah. Alcaraz yang tertinggal dua set, memaksa laga berjalan hingga 5 jam 29 menit, menjadi final putra terlama sepanjang sejarah turnamen.

Tertinggal 3-5 dan menghadapi tiga match point di set keempat, Alcaraz seperti menyalakan mode juara. Ia mempertahankan servis, membalik keadaan, hingga akhirnya memenangkan laga dengan skor dramatis 4-6, 6-7(4), 6-4, 7-6(3), 7-6(10-2).

Alcaraz menjadi petenis ketiga di era modern yang menang Grand Slam setelah menyelamatkan match point. “Juara sejati lahir di tengah tekanan,” katanya.

3. Wimbledon: Sinner Balas Dendam dengan Gelar Bersejarah

Setelah kekalahan menyakitkan di Paris, Sinner kembali dengan mental baja di Wimbledon. Tertinggal di set pertama, ia membalikkan keadaan dan meraih gelar Wimbledon pertamanya, sekaligus memberikan Alcaraz kekalahan perdana di final turnamen major.

Di set penentuan, Sinner hanya kalah satu poin dari servis pertamanya—sebuah statistik yang menegaskan dominasinya di lapangan rumput. “Kami belajar dari kekalahan,” kata Sinner. “Itu alasan saya bisa memegang trofi ini.”

4. Cincinnati: Sinner Mundur, Alcaraz Tinggal Angkat Trofi

Final Cincinnati berlangsung singkat. Sinner tampak tidak fit sejak awal dan mundur saat kedudukan 0-5. Ia mengaku sudah merasa tak enak badan sejak sehari sebelumnya.

Alcaraz yang menunjukkan sportivitas tinggi—menghibur Sinner di net—mengamankan gelar Masters 1000 ke-8 dalam kariernya.

5. US Open: Alcaraz Rebut Takhta Nomor Satu Dunia

Pertemuan kelima di final US Open menjadi penentu kekuatan mereka tahun ini. Alcaraz tampil agresif, mencatat 42 winner, dua kali lipat dari Sinner. Ia juga hanya kehilangan sembilan poin dari servis pertamanya.

Kemenangan ini tak hanya menggagalkan upaya Sinner mempertahankan gelar, tetapi juga membuat Alcaraz kembali naik sebagai petenis nomor satu dunia.Pelatihnya, Juan Carlos Ferrero, menyebut performa anak asuhnya “sempurna”—penilaian yang akhirnya diakui Alcaraz sendiri.

6. ATP Finals Turin: Sinner Tutup Musim dengan Dominan

Pertemuan terakhir berlangsung di ATP Finals. Bertanding di tanah kelahirannya, Sinner tampil sangat solid—terutama di sektor servis setelah melakukan penyesuaian teknis pasca-US Open.

Ia memenangi 84% poin dari servis pertama, melibas Alcaraz, dan menutup turnamen dengan rekor tak terkalahkan 5-0.

“Saya merasa menjadi pemain yang lebih baik dari tahun lalu,” ujarnya dikutip Antara.

Rivalitas yang Mendefinisikan Tenis Era Baru

Musim 2025 adalah tahun kedua berturut-turut di mana Alcaraz dan Sinner menguasai semua gelar Grand Slam. Delapan gelar major terakhir kini milik mereka berdua.Alcaraz mengakui efek rivalitas ini terhadap perkembangannya.

“Latihan saya berfokus pada bagaimana saya bisa mengalahkan Jannik,” ungkapnya.

Dari Roma hingga Turin, duel Alcaraz dan Sinner bukan sekadar pertandingan—melainkan kisah dua bintang muda yang mengangkat standar tenis modern ke level baru.

 

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Olahraga Terbaru