Sabtu, 13 September 2025

Warga Karawang Punya Tradisi Membangunkan Sahur ‘Ubrug-Ubrug‘


  • Jumat, 01 Juni 2018 | 23:32
  • | News
 Warga Karawang Punya Tradisi Membangunkan Sahur ‘Ubrug-Ubrug‘ Tradisi Ubrug ini ada berbagai macam kesenian yang ditampilkan, selain alat musik jaipong dan organ, ada pula kelompok tertentu di wilayah Tempuran yang menampilkan odong-odong. (Blog Unik)

TRADISI membangunkan orang sahur di Indonesia memang sudah menjadi kegiatan yang dilakukan ketika di bulan Ramadan seperti saat ini.

Di Indonesia sendiri ada beberapa tradisi membangunkan orang untuk sahur dengan cara yang di setiap daerah. Demikian halnya juga di wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, atau tepatnya di wilayah Kecamatan Tempuran.

Tradisi membangunkan sahur di wilayah ini biasa disebut dengan istilah ‘ubrug-ubrug’ yaitu membangunkan sahur dengan cara berkeliling kampung dengan memainkan beberapa alat musik tradisional ataupun modern dipadukan dengan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh seorang sinden.

Beberapa alat musik yang dipakai diantaranya kendang, organ, gitar, gong, serta beberapa alat musik lainnya. Biasanya, sekelompok pemuda setempat berkeliling kampung dimulai sejak pukul 22.00 WIB hingga menjelang waktu sahur sekitar jam 03.00 WIB

Uniknya, meski mengeluarkan suara sangat keras, tak ada satupun warga sekitar yang merasa risih ataupun terganggu. Bahkan menurut informasi dari warga sekitar, justru bulan puasa tidak terasa afdol jika tradisi ubrug-ubrug hilang dari kampung mereka.

Salah satu Ketua Kelompok kesenian ubrug yang sempat ditemui, Anda Lesmana mengatakan, tradisi membangunkan sahur dengan alat musik ini sudah menjadi tradisi turun temurun dari nenek moyang mereka.

Menurut Anda, tradisi Ubrug ini ada berbagai macam kesenian yang ditampilkan, selain alat musik jaipong dan organ, ada pula kelompok tertentu di wilayah Tempuran yang menampilkan odong-odong. Namun semua kelompok ini hampir sama dimana menggunakan sebuah gerobak yang ditarik oleh beberapa orang berkeliling kampung.

“Kalau bukan bulan puasa, kegiatan sehari-hari biasanya kami mendapatkan panggilan hiburan ke luar daerah,” ujar Anda, di Kampung Kalenjaya Desa Sumberjaya Kecamatan Tempuran.

‎Malam itu ternyata bukan hanya ‘ubrug-ubrug’ di bawah pimpinan Anda, ada banyak gerobak musik lainnya yang juga ternyata sedang berkeliling kampung membangunkan sahur meski waktu masih menunjukan pukul 00.30 WIB. Ketua kelompok lainnya, Darya, justru lebih meriah dari kelompok ubrug lainnya.

Kelompok ini membawa puluhan anak muda yang sengaja berjoged ria sambil berkeliling kampung sambil diiringi musik dangdut dan dua orang penyanyi.

Menurut Darya, biaya operasional setiap kelompok ubrug ini didapat dari warga secara swadaya dan seikhlasnya. Biasanya, kata Darya, warga memberikan uang atau beras kepada anggota seni ubrug-ubrug. “Biasanya diberikan lima hari menjelang puasa,” ujar Darya di Desa Cikuntul Kecamatan Tempuran sebagai dilansir sebuah online lokal.

Menurut Darya, setiap tahun hasil dari pemberian dari warga bisa mencapai Rp 3 Juta ditambah beras sekitar 7 kwintal (700 kilogram). Pemberian itu dibagi rata ke semua anggota seni ubrug-ubrug yang setia berkeliling membangunkan sahur saat Ramadan.


Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru