Mengapa Lion Air JT–610 Diterbangkan tanpa Melalui Prosedur Tes Pesawat?


  • Jumat, 30 November 2018 | 11:37
  • | News
 Mengapa Lion Air JT–610 Diterbangkan tanpa Melalui Prosedur Tes Pesawat? Lion Air JT 610 jatuh di perairan Tanjung Kerawang. (Net)

Oleh: DR Koesnadi Kardi, M.Sc, RCDS, Chairman APCI 

MELIHAT tragedi  jatuhnya pesawat Lion Air JT- 610 yang mengerikan, sehingga mengorbankan ratusan penumpang dan melibatkan 858 personil gabungan (Basarnas, TNI, Polri, KPLP dan Bea Cukai) untuk mencarinya, menandakan betapa bobroknya pengelolaan penerbangan Lion Air, sehingga menjatuhkan nama baik dunia penerbangan Indonesia yang sedang berkembang dengan pesat sela ini.  

Saya sebagai mantan Penerbang, masalah kelaikan pesawat sangat penting apalagi untuk pesawat penumpang adalah amat sangat penting. Sehari sebelumnya pada saat pesawat JT-610 terbang dari Denpasar ke Cengkareng sudah  mengalami trouble, yang menyangkut instrument yang ada di cockpit Pilot dimana penunjukannya berbeda dengan yang ada di cockpit Co–Pilot. Trouble sekecil apapun apalagi berkaitan dengan instrument pesawat terbang, akan membawa dampak yang serius.  

Jadi harus ditanggapi secara serius pula, apalagi dengan pesawat penumpang yang membawa orang banyak.  Pertanyaan saya: mengapa setelah diperbaiki oleh mekanik, yang dibuktikan oleh Penerbangnya melalui tes penerbangan tidak dilakukan?  

Semestinya pesawat JT – 610 kalau ingin terbang lagi, pesawat tersebut harus di tes terbang dulu yang dilakukan oleh Tes Pilot,  kalau baik baru di-release terbang.  Pesawat tersebut belum melalui tes penerbangan, sudah langsung terbang. Hal yang sangat ceroboh dilakukan oleh Lion Air.  Kalau kita melihat track-record-nya Lion Air selama ini, sudah banyak dimaklumi oleh masyarakat umum bahwa: (1) rajanya terlambat (terlambat 1 atau 2 jam sudah biasa), (2) sering bagasinya penumpang hilang, (3) sering penumpang tidak dicatat di manifest, (4) sering terjadi kecelakaan, dan lain-lain. Tetapi penumpangnya selalu banyak, karena prinsipnya barang kali bukan “safety first” tetapi barangkali “passenger first”.  

Apalagi selama ini tidak ada sanksi yang tegas yang diterapkan oleh pemerintah, pertanyaannya ada apa dengan Lion Air ?

Akibatnya pada waktu waktu pesawat Lion Air JT- 610 mengalami kecelakaan, menukik tajam dengan kecepatan tinggi, sehingga pesawat meledak berkeping-keping, karena disebabkan penanganan manajemen Lion Air yang amburadul dan pemerintah tidak menerapkan sanksi yang tegas. Permisif yang dilakukan kecil-kecil akhirnya terakumulasi menjadi besar. Apalagi pesawat tersebut masih baru.  

Bagaimanapun juga kita harus ingat bahwa pesawat itu juga buatan manusia, tidak ada jaminan akan selalu benar. Harus ada check & recheck, demi untuk menjamin bahwa semuanya berjalan sesuai dengan fungsinya. Tragedi ini adalah pengalaman yang paling berharga.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru