Rabu, 31 Desember 2025

Tahun 2025 Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah, Rekor Baru Menghantui Bumi


  • Selasa, 09 Desember 2025 | 22:00
  • | News
 Tahun 2025 Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah, Rekor Baru Menghantui Bumi Sejumlah turis menyejukkan diri di depan kipas angin dekat Koloseum di Roma, Italia, 27 Juni 2025. Kementerian Kesehatan Italia telah mengeluarkan peringatan suhu panas merah berturut-turut untuk puluhan kota besar di seluruh negeri, mulai 27 Juni dan berlanjut hingga akhir pekan. ANTARA/Xinhua/Li Jing

BRUSSEL, ARAHKITA.COM — Tren pemanasan global kembali mencetak sejarah. Data terbaru dari Copernicus Climate Change Service (C3S) menunjukkan bahwa tahun 2025 berpotensi menyamai 2023 sebagai tahun terpanas kedua sepanjang sejarah modern. Bahkan, November 2025 tercatat sebagai November terpanas ketiga secara global, menegaskan bahwa krisis iklim semakin nyata dan terasa.

C3S menyampaikan bahwa 2025 hampir pasti akan menjadi tahun terpanas kedua atau ketiga sejak pencatatan suhu global dimulai. Dari Januari hingga November 2025, suhu rata-rata global tercatat 1,48°C lebih hangat dibandingkan era praindustri. Angka ini identik dengan catatan sepanjang 2023, yang saat ini masih bertahan sebagai tahun terpanas kedua setelah 2024.

Rekor 1,5°C Mulai Terlampaui dalam Periode 3 Tahun

Walau 2025 sendiri diperkirakan belum melampaui batas 1,5°C yang ditetapkan Perjanjian Paris, Copernicus menyebut bahwa rata-rata suhu global selama periode 2023–2025 hampir pasti menembus batas tersebut. Jika terkonfirmasi, ini akan menjadi pertama kalinya dalam sejarah sebuah periode tiga tahun melampaui ambang batas yang selama ini dianggap titik kritis perubahan iklim.

November Paling Panas: Dekat Rekor, Jauh dari Normal

Untuk bulan November 2025, suhu udara permukaan global mencapai 14,02°C. Nilai ini memang sedikit lebih rendah dari November 2023 dan 2024, namun masih jauh di atas kisaran normal historis — menegaskan bahwa pemanasan global tidak menunjukkan tanda perlambatan.

Samantha Burgess, Kepala Strategi Iklim di European Centre for Medium-Range Weather Forecasts, menegaskan bahwa deretan rekor ini bukan sekadar angka. “Ini adalah bukti percepatan perubahan iklim. Satu-satunya jalan untuk menahan laju pemanasan adalah mengurangi emisi gas rumah kaca secara cepat,” ujarnya dilansir Antara.

Lautan dan Kutub Juga Tak Luput dari Rekor Panas

Pemanasan tahun ini juga tercermin pada suhu permukaan laut yang tetap sangat tinggi. Untuk November saja, suhu rata-rata laut global di lintang 60° selatan hingga 60° utara mencapai 20,42°C, menjadi rekor keempat tertinggi untuk bulan November.

Di wilayah kutub, kondisi tak kalah mengkhawatirkan:

  • Es laut Arktik berada 12% di bawah rata-rata, menjadikannya level terendah kedua untuk catatan bulan November.
  • Es laut Antarktika tercatat 7% di bawah rata-rata, rekor terendah keempat untuk periode yang sama.

Kombinasi tingginya suhu udara, lautan yang kian panas, dan pencairan es di wilayah kutub semakin mengukuhkan bahwa bumi memasuki fase pemanasan yang tidak lagi bisa diabaikan.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru