Loading
Ketua Panitia Natal Nasional, Maruarar Sirait. (Foto: Istimewa)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Natal Nasional 2025 memasuki masa perayaan dengan nuansa keprihatinan. Bencana banjir, longsor, dan erupsi gunung api yang melanda Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh, dan Jawa Timur masih menyisakan luka mendalam. Ratusan warga meninggal dan hilang, ribuan lainnya kehilangan rumah, serta banyak yang masih membutuhkan bantuan pemulihan. Di tengah kenyataan ini, Panitia Nasional Natal menegaskan bahwa Natal tahun ini diperingati dengan penuh kesederhanaan, sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto dan makna Natal itu sendiri.
Makna Natal: Kesederhanaan dan Kepedulian
Natal selalu menjadi pengingat bahwa Tuhan hadir lewat kesederhanaan. Dalam kisah kelahiran Yesus, Sang Mahatinggi memilih kandang dan disambut para gembala—sebuah simbol bahwa kasih Tuhan berpihak pada mereka yang lemah, miskin, dan tersisihkan. Pesan moral itu kembali ditegaskan pada perayaan tahun ini: Natal bukan tentang kemewahan, melainkan tentang solidaritas dan keberpihakan kepada mereka yang membutuhkan.
Ketua Panitia Natal Nasional, Maruarar Sirait, menegaskan bahwa seluruh rangkaian acara dirancang untuk kembali pada esensinya. “Natal Nasional diselenggarakan dengan sederhana, biaya efisien, sedikit formalitas, dan berdampak nyata bagi masyarakat,” ujarnya.
Perayaan tanpa Kemewahan, Mengangkat Talenta Lokal
Acara puncak pada 5 Januari 2026 di Istora Senayan menjadi wujud nyata komitmen kesederhanaan. Tidak ada penampilan artis nasional. Sebagai gantinya, panggung diberikan kepada penyanyi daerah dan talenta lokal. Dekorasi pun dibuat sederhana, termasuk pohon Natal yang dirangkai dari buah-buahan lokal—simbol berkat, hasil bumi Nusantara, dan kebersahajaan.
Sebagian besar peserta yang hadir adalah para pegiat gereja dan anak-anak dari komunitas Kristen dan Katolik:
Dari sekitar 3.800 peserta, 3.000 di antaranya berasal langsung dari kelompok tersebut.
Bahkan konsumsi pada acara puncak disiapkan oleh UMKM, menggerakkan ekonomi lokal dan menghindari penggunaan vendor hotel atau restoran besar.
Dana Gotong Royong, Bukan dari APBN
Pendanaan Natal Nasional 2025 sepenuhnya berasal dari gotong royong masyarakat. Umat Kristen, Katolik, dan saudara-saudara lintas agama—Muslim, Buddha, hingga Konghucu—turut memberikan sumbangan sukarela. Tidak ada dana APBN atau BUMN. Hasilnya, panitia berhasil mengumpulkan Rp 58 miliar, yang sebagian besar dialokasikan untuk aksi sosial.
“Semua murni gotong royong. Tidak memakai APBN, tidak memakai dana BUMN,” tegas Maruarar.
Aksi Sosial: Dari Bantuan Bencana hingga Beasiswa Rp 10 Miliar
Sejak akhir November 2025, panitia sudah bergerak ke berbagai daerah bencana. Total bantuan tahap awal mencapai Rp 2,8 miliar, termasuk:
Bantuan berupa ambulans, obat-obatan, pangan, dan relawan lapangan juga telah diterjunkan.
Tahun ini, panitia menyiapkan 35 ambulans untuk Papua, Maluku, NTT, wilayah bencana, serta daerah-daerah prioritas lainnya. Selain itu, 70% dari total dana digerakkan untuk program sosial, termasuk:
Semua penyaluran dilakukan melalui sistem yang terdokumentasi dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pembangunan 100 Gereja di Pelosok Indonesia
Salah satu inisiatif terbesar Natal Nasional 2025 adalah pembangunan 100 gereja di berbagai daerah, didukung antara lain oleh kontribusi Rp 10 miliar dari James Riady (Lippo Group). Pembagian dialokasikan merata:
Panitia berharap renovasi gereja di daerah bencana dapat dipercepat agar masyarakat bisa kembali beribadah dan memulihkan kehidupan sosial mereka.
Solidaritas Lintas Iman: Wajah Natal yang Inklusif
Keterlibatan lintas agama dan lintas profesi dalam perayaan ini menunjukkan bahwa nilai kemanusiaan mampu melampaui sekat kepercayaan. “Dukungan luar biasa dari masyarakat, termasuk saudara-saudara non-Kristen, adalah cermin semangat kebangsaan kita,” ujar Maruarar dalam rilis yang diterima media ini, Selasa (9/12/2025).
Natal dipahami sebagai ajakan untuk berbuat nyata bagi sesama, seperti pesan Injil Matius 25:40: “Apa yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk-Ku.”
Rangkaian Seminar di Sembilan Kota
Menuju puncak perayaan, Panitia Natal Nasional menggelar seminar di sembilan kota pada 10–19 Desember 2025: Bandung, Manado, Medan, Palangkaraya, Ruteng, Ambon, Merauke, Toraja, dan Jakarta.
Seminar mengusung tema “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga”, dengan lima pesan utama:
Di Bandung, enam pembicara dihadirkan, termasuk Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Uskup Bandung Mgr Anthonius S. Benyamin OSC, dan tokoh pendidikan & psikologi.
Menyalakan Harapan di Tengah Luka
Melalui seluruh rangkaian kegiatan, Panitia Nasional Natal berharap perayaan ini tidak hanya menghadirkan sukacita spiritual, tetapi juga membawa pengharapan bagi mereka yang paling menderita. Natal kembali menjadi ruang untuk menyapa mereka yang berkekurangan—sebuah panggilan moral yang universal dan melintasi batas iman.