Loading
Oleh: Fransiscus Go
BEBERAPA bulan terakhir, marak berita tentang meningkatnya kasus diabetes pada anak dan remaja. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) kenaikan kasus diabetes tipe 1 pada anak dan remaja sebesar 70% antara 2010 hingga 2023. Adapun diabetes tipe 2 saat ini meningkat sebesar 80 persen disertai obesitas.
Kasus diabetes pada anak ini tentu saja sangat memprihatinkan semua pihak. Bagaimana cara kita menanggulangi kasus diabetes pada anak dan remaja selain kasus stunting yang masih menjadi PR utama bagi semua pihak. Saya rasa inilah saatnya kita kembali memberdayakan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) sebagai garda pertama kesehatan ibu dan balita.
Tugas Pokok Posyandu
Salah satu fungsi utama adanya Posyandu sebagai sarana edukasi bagi ibu hamil, ibu menyusui, maupun ibu yang memiliki balita. Idealnya tim Posyandu terdiri dari Ketua Posyandu, bidan, kader Posyandu, dokter umum, ahli gizi, tenaga administrasi, dan farmasi. Namun, tidak semua Posyandu memiliki tim seideal seharusnya. Hal ini disebabkan tidak meratanya tenaga kesehatan di berbagai wilayah terpencil atau sulitnya tenaga kesehatan menjangkau daerah-daerah terpencil.
Ada 5 kegiatan pokok Posyandu yaitu KIA (kesehatan ibu dan anak), KB (keluarga berencana), imunisasi, pemantauan gizi, dan penanggulangan diare. Apabila 5 kegiatan pokok Posyandu ini dilakukan sesuai dengan standar kegiatan, tentunya akan mudah memantau kesehatan ibu dan anak di lingkup terkecil masyarakat. Balita dan anak yang berpotensi terkena stunting misalnya akan mudah dideteksi oleh tenaga kesehatan lewat pemantauan buku KIA dan penimbangan serta pengukuran yang dilakukan secara berkala.
Setiap Posyandu memegang peran penting dalam memberi edukasi bagi ibu-ibu. Contohnya, tenaga kesehatan dan kader Posyandu memberikan edukasi tentang pola gizi seimbang keluarga. Pola gizi seimbang yang bisa disajikan untuk keluarga ini bisa menyesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing.
Inovasi Kader Posyandu dalam Atasi Stunting
Dalam mengatasi stunting, tentunya diperlukan kreativitas dan kejelian dalam melihat peluang yang ada di wilayah masing-masing. Daerah pantai misalnya, para ibu-ibu bisa diajari untuk mengolah ikan menjadi berbagai produk bergizi untuk balita dan anak-anak. Olahan ikan dengan berbagai produk turunannya bisa menjadi sumber protein hewani yang lebih awet disimpan dalam jangka waktu lama. Selain itu, olahan berbagai produk bisa meningkatkan nilai ekonomi ikan itu sendiri sekaligus bermanfaat dan menambah penghasilan keluarga.
Kader Posyandu Kerang Hijau RW 22, Kelurahan Pluit, Penjaringnan, Jakarta Utara memiliki kisah sukses dalam mengolah tulang ikan kakap menjadi tepung. Tepung ini bisa dikonsumsi oleh balita sebagai sumber gizi untuk mencegah stunting. Atas inovasi tersebut, mereka diganjar sebagai Juara 1 Kategori Kader Inovasi Terbaik dan Juara 2 Kategori Kader Bidang Kesehatan dalam Ajang Penilaian Kader Terbaik Tingkat Provinsi DKI Jakarta Tahun 2024. Hal ini rasanya bisa diduplikasi oleh daerah lain sebagai salah satu cara mengatasi stunting.
Daerah pegunungan misalnya, bisa memanfaatkan beragam sayur dan buah-buahan yang tumbuh subur. Selain itu, kader Posyandu bisa menggerakkan para ibu-ibu untuk beternak ayam petelur untuk memenuhi kebutuhan protein hewani harian keluarga. Pola gizi seimbang ini yang harus diterapkan dalam keseharian.
Pola Hidup Sehat
Selain rajin dalam mengikuti kegiatan Posyandu berikut imunisasi dan menerapkan pola makan dengan gizi seimbang, tenaga kesehatan Posyandu perlu menekankan pentingnya pola hidup sehat. Apa itu pola hidup sehat untuk keluarga? Pola hidup sehat merupakan serangkaian kebiasaan yang dilakukan agar tetap hidup sehat.
Pertama, olahraga secara teratur. Olahraga bukan hanya kebiasaan yang perlu dilakukan oleh orang dewasa saja, tapi kebiasaan yang dibentuk sejak anak-anak. Olahraga yang dibiasakan sejak anak-anak adalah aktivitas fisik yang akan mengoptimalkan tumbuh-kembang anak. Contohnya, bersepeda, berenang, lari, menari, lempar-tangkap bola, sepak bola, dan lain-lain.
Menurut IDAI, setidaknya setiap anak membutuhkan aktivitas fisik selama 60 menit. Jika anak belum bisa melakukan aktivitas fisik dalam rentang waktu tersebut, bisa membagi selama beberapa waktu untuk beraktivitas. Hal ini yang perlu diingatkan kembali ke orang tua masa kini. Sebab, pada saat ini, anak-anak lebih lekat dengan bermain gadget daripada beraktivitas secara fisik.
Kedua, makan bergizi dan seimbang. Pola makan bergizi yang perlu digaungkan kembali adalah makan real food. Orang tua dianjurkan untuk mengolah makanan secara langsung dan mengurangi bahan kimia tambahan, pengawet, serta pemanis buatan. Misalnya, orang tua dianjurkan untuk mengolah makanan langsung seperti memberikan ubi rebus, jagung rebus, dan buah-buahan sebagai makanan tambahan daripada snack kemasan.
Orang tua juga diingatkan untuk menghindari junk food (makanan tinggi kalori, gula, garam, dan lemak jenuh) dan frozen food (makanan yang diawetkan) untuk konsumsi harian. Meskipun lebih praktis, tapi konsumsi junk food dan frozen food dalam jangka waktu lama bisa berdampak buruk untuk kesehatan. Ada beragam penyakit yang timbul akibat konsumsi junk food dan frozen food dalam jangka waktu panjang. Contohnya, meningkatkan risiko penyakit jantung, risiko hipertensi, obesitas, diabetes, stroke, dan lain-lain.
Ketiga, mengurangi konsumsi gula secara berlebihan seperti susu kental manis dan susu formula bagi balita dan anak. Kader Posyandu perlu mengingatkan orang tua untuk tidak memberikan susu kental manis dan susu formula kepada balita dan anak. Perlu sosialisasi bahwa susu kental manis dan susu formula memiliki kandungan gula dan zat kimia lebih tinggi daripada susu murni.
Perlu diketahui penggunaan susu kental manis sebagai pengganti ASI atau susu formula untuk bayi dan anak telah dilarang oleh Kemenkes RI. Orang tua perlu jeli untuk memilih produk olahan susu yang memiliki jaminan kandungan susu 100%. Selain itu, orang tua perlu membiasakan anak-anak untuk memperbanyak air putih daripada minuman kemasan yang mengandung gula dalam kadar tinggi. Minuman kemasan inilah yang tidak disadari turut meningkatkan risiko penyakit diabetes pada anak dan remaja. Mari kita jaga kesehatan balita dan anak-anak yang menjadi generasi penerus masa depan bangsa. Mari katong baku jaga!