Loading
Oleh: Fransiscus Go
INDONESIA baru saja memperingati Hari Literasi Nasional pada 8 September. Selain itu, pada 14 September juga ditetapkan sebagai Hari Kunjungan Perpustakaan. Tentu saja momentum Hari Literasi Nasional dan Hari Kunjung Perpustakaan bisa dijadikan pelecut untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Utamanya, setelah beberapa waktu lalu viral tentang banyaknya siwa SMP yang belum bisa membaca dan menulis. Apa langkah strategis yang harus kita siapkan dalam mengatasi fenomena tersebut?
Fokus Peningkatan Literasi
Baca juga:
Dukung Sobe Sonbai III Jadi Pahlawan Nasional dari NTT, Frans Go: Layak dan Patut DiperjuangkanDasar utama pembelajaran adalah penguasaan literasi sehingga siswa bisa memahami bacaan, berpikir kritis, dan berkomunikasi efektif dalam keseharian. Tidak hanya dalam dunia pendidikan saja, penguasaan literasi juga diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, seseorang bisa memilah informasi secara tepat sesuai dengan kebutuhannya.
Ada enam jenis literasi dasar yang perlu dikuasai oleh setiap orang yaitu literasi baca dan tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital, dan literasi budaya serta kewargaan. Tentunya literasi baca dan tulis menjadi salah satu dasar kemampuan yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Membaca dan menulis wajib dikuasai siswa di tingkat sekolah dasar sehingga ia bisa memahami materi dengan mudah.
Baca juga:
Tuntaskan Literasi Anak IndonesiaDalam literasi baca dan tulis, siswa diharapkan bisa memahami bacaan dengan baik. Adanya pemahaman inilah yang akan merangsang siswa berpikir kritis. Baca dan tulis merupakan kemampuan dasar yang wajib tuntas di sekolah dasar. Sayangnya, pada saat ini banyak anak-anak yang tidak mampu baca dan tulis tetap naik kelas. Parahnya lagi, mereka bisa lulus SD. Hal ini diakibatkan oleh kebijakan kurikulum merdeka yang tidak membolehkan siswa tinggal kelas. Ketidaktuntasan belajar yang terus berlanjut inilah sebab lulusan SD belum bisa membaca dan menulis.
Dukungan Orang Tua, Warga Sekolah, dan Lingkungan
Demi mengubah fenomena siswa lulusan SD yang tidak bisa baca dan tulis tentunya perlu kerja sama dari banyak pihak. Diperlukan dukungan orang tua, warga sekolah (kepala sekolah, guru, staf, dan seluruh siswa), dan lingkungan tempat tinggal yang kondusif dalam merangsang minat belajar anak.
Orang tua harus ikut berperan aktif dalam mendukung dan mendampingi proses belajar anak. Terlebih lagi, pada tingkat dasar, anak membutuhkan pendampingan orang tua untuk membangun kebiasaan baik dalam belajar. Orang tua diharapkan dapat membantu anak-anak mengulang kembali materi yang disampaikan di sekolah, menanyakan kesulitan yang dihadapi, dan berdiskusi untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi anak.
Anak yang mendapatkan dukungan dari rumah, tentu akan lebih percaya diri dan bersemangat dalam menuntaskan pelajarannya. Lingkungan sekitar rumah juga perlu diperhatikan. Apabila tercipta situasi kondusif di lingkungan rumah yang mendorong semangat belajar tentunya anak juga termotivasi untuk menuntaskan literasi baca dan tulis.
Dukungan seluruh warga sekolah juga tak kalah penting. Dalam 3 tahun pertama di tingkat dasar adalah waktu yang cukup untuk menuntaskan literasi baca dan tulis. Fokus utama pembelajaran sebaiknya seperti kurikulum sebelumnya mendukung penuntasan literasi baca dan tulis (calistung).
Guru bisa menggunakan metode tutor sebaya (peer teaching). Siswa yang sudah bisa dan tulis bisa mendampingi temannya untuk belajar membaca dan menulis. Keduanya bisa duduk di bangku bersebelahan. Tutor sebaya ini sangat membantu guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di sekolah. Guru bisa berfokus pada penyampaian materi selama waktu pembelajaran. Selain itu, guru bisa membuat jam belajar tambahan untuk membantu siswa yang belum tuntas calistung.
Menanamkan Semangat Literasi Sejak Dini
Proses menumbuhkan semangat literasi tentu harus dimulai sejak dini dan bermula dari lingkup terkecil yaitu keluarga. Kedua orang tua wajib memperkenalkan buku sejak balita. Orang tua bisa membacakan buku-buku cerita sesuai dengan tahap perkembangannya. Ada banyak buku yang bisa dikenalkan sejak balita, mulai dari buku cerita tanpa kata (silent book), picture book, dan buku aktivitas.
Orang tua juga bisa mencontohkan dengan membangun kebiasaan membaca buku dalam keluarga. Misalnya, orang tua setiap hari menyempatkan membaca buku setiap malam sebelum tidur. Anak-anak yang lekat dengan aktivitas literasi dalam keluarga tentunya akan mudah membangun budaya membaca dan menulis sejak dini.
Orang tua bisa membuat pojok baca atau menempatkan buku-buku yang mudah dijangkau oleh anak-anak. Buku-buku bisa ditempatkan juga di dekat kotak mainan. Dengan demikian, anak-anak akan selalu memiliki pilihan selain bermain. Cara lainnya, anak-anak usia sekolah dasar diberikan waktu harian untuk belajar dan membaca buku sebelum bermain. Jika kebiasaan membaca sudah tertanam sejak kecil, tuntas literasi baca dan hitung akan terasa mudah. Sebab, anak-anak penuh dengan rasa ingin tahu tentang cerita buku tanpa harus bergantung pada orang tua untuk membacakannya.
Membangun Budaya Berkunjung ke Perpustakaan
Salah satu tantangan Era Digital saat ini adalah masifnya tontonan video pendek dan animasi yang menyedot perhatian anak. Cara mengatasi hal ini bisa dengan membangun kebiasaan berkunjung ke perpustakaan. Perpustakaan memiliki koleksi lengkap yang bisa diakses oleh masyarakat luas. Selain itu, perpustakaan di tiap daerah kini mulai berbenah untuk meningkatkan kunjungan masyarakat. Mulai dari pelayanan digital, akses mudah, fasilitas ramah anak, dan ragam kegiatan yang diselenggarakan di perpustakaan.
Berkunjung ke perpustakaan bisa jadi salah satu cara membangun semangat literasi. Orang tua tidak perlu mengeluarkan dana lebih untuk membeli buku. Berkunjung ke perpustakaan bersama keluarga bisa jadi salah satu bentuk quality time keluarga yang berharga. Sekolah juga bisa membuat agenda untuk memperkenalkan perpustakaan yang ada di daerah masing-masing. Kerja sama antara perpustakaan dan sekolah dalam menumbuhkan literasi tentunya akan lebih berdampak. Mari kita terus bergandengan tangan dan bekerja sama dengan semua pihak dalam meningkatkan literasi anak bangsa. Sebab, kualitas pendidikan saat inilah yang akan melahirkan pemimpin masa depan. Mari katong baku jaga!
Penulis adalah Pengamat Pendidikan.