Loading
Oleh: Simply da Flores
SAAT ini, Propinsi NTT dipimpin oleh seorang Pjs Gubernur. Akan ada proses pemilihan Gubernur dalam tahun ini, setelah selesai tahapan pemilu 2024. Ada juga pilkada di beberapa Kabupaten di NTT.
Dalam konteks keberlanjutan Pembangunan kesejahteraan masyarakat Flobamora dan suksesi kepemimpinan di Pilgub NTT tahun ini, saya membuat catatan pendapat pribadi dengan judul tulisan di atas. Sebuah potret persoalan dan kebutuhan masyarakat Flobamora, masalah dan akar masalah pembangunan NTT serta upaya mencari solusi bersama.
Memotret Wajah NTT
Ketika dibandingkan dengan keadaan Propinsi lain di NKRI, NTT memang memiliki banyak keterbatasan, tetapi bukan yang terburuk secara menyeluruh. Menurut saya, setiap daerah ada konteks dan sejarahnya, sehingga tidak perlu dibandingkan.
Jauh lebih penting, bagaimana melihat secara obyektif, menemukan akar persoalan dan jalan solusi cerdas, lalu bekerja keras membuat lebih baik dan sejahtera.
Saat ini, sudah banyak kemajuan dibanding sikon 20 tahun lalu. Sarana dan prasaran, khususnya transportasi dan komunikasi telah memberi pengaruh positif dalam banyak bidang kehidupan. Apalagi selama kurun waktu 9 tahun terakhir, NTT mendapat perhatian khusus dari Pemerintah pusat, melalui inisiatif Presiden Jokowi. NTT seperti salah satu 'anak emas' Presiden, meskipun sekarang banyak yang sepertinya lupa jasa beliau.
Saya coba catat sejumlah masalah NTT, yang selama ini dipublikasi media, dalam rangka menemukan upaya solusi ke depan, secara khusus mencari sosok Pemimpin Politik yang dibutuhkan NTT di zaman digital milenial ini.
Masalah Kualitas Pelayanan Publik
Menurut hemat saya, soal manajemen ASN untuk melayani publik secara maksimal, tidak terlalu sulit. Aturan sudah begitu banyak dan jelas, tinggal dilakukan. Satu hal kunci adalah contoh dan teladan pimpinan di tingkat Propinsi, Kabupaten dan setiap SKPD serta Desa dan Kelurahan.
Anggaran tersedia bagi ASN untuk menjamin haknya. Maka, kerjanya hanya perlu dikontrol untuk melayani publik sesuai tupoksi masing-masing. Ada sarana digital milenial yang bisa digunakan maksimal, yakni manajemen dan kontrol berbasis digital: dalam proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan report. Apakah mau digunakan Pimpinan daerah atau tidak, tergantung keputusan masing-masing. Sekali lagi, contoh dan teladan Sang Pemimpin Daerah menjadi sangat penting bagi kualitas pelayanan publik oleh ASN. Mereka meneladani sosok pribadi Sang Pimpinan nya, di setiap tingkatan.
Soal Penegakan Hukum dan Korupsi
Selama ini pernah ada plesetan bahwa NTT itu Nusa Termiskin dan Terkorup. Juga catatan miris soal stunting anak dan kemiskinan masyarakat. Tetapi, ironinya, pesta di NTT semakin marak.
Lalu, ditenggarai banyak pejabat hukum bermasalah dibuang ke NTT. Sehingga banyak kasus hukum, khususnya korupsi seperti Dian dan masuk peti es. Apakah benar demikian nasib penegakkan hukum NTT?
Hemat saya, perlu ditegaskan bahwa informasi harus sesuai fakta dan data. Jadi, bisa digunakan dengan bijak untuk membangun kehidupan bersama yang lebih benar dan baik, bukan menyebar hoaks. Atau persepsi dan asumsi individu, lalu menjadi isu politik untuk saling menjatuhkan. Apalagi dengan kemudahan sosial media.
Tentang Anggaran Pembangunan yang menjadi hak rakyat dalam APBD NTT selama ini, jelas berjalan sesuai aturannya. Jika betul terjadi korupsi, maka pasti tidak dilakukan individu, tetapi berkelompok. Apakah sungguh ada tetapi tidak diketahui? Kita di NTT ada Lembaga penegak hukum dan DPRD yang mengontrol. Lalu lembaga pengawas dan inspektorat di tingkat kabupaten, Propinsi dan Pusat. Apakah memang tidak berperan dan menjalankan tugas?
Masyarakat pun bisa mengontrol, termasuk aliran dana desa selama ini.
Menurut saya, yang penting adalah upaya penegakkan hukum, dan peran fungsi kontrol lembaga berwenang dan masyarakat dijalankan dengan maksimal. Dengan demikian, korupsi dicegah atau diatasi dengan bijaksana. Bukan jadi polemik politik dan konsumsi hoaks di sosial media.
Saatnya mengurangi dan menghilangkan budaya omong-omong dan mempersoalkan masalah tanpa data. Lebih baik berdiskusi menemukan kerja cerdas, untuk bisa dilakukan demi membangun kesejahteraan. Ini yang kita butuhkan di NTT, menurut saya.
Kita di NTT kaya dan kuat; karena kita memiliki lembaga adat budaya dengan warisan kearifan dan semangat positif. Kita juga memiliki lembaga agama yang kuat. Maka, harusnya dipakai sebagai kekuatan pribadi dan komunitas untuk saling berbagi, berkolaborasi dan bekerja cerdas membangun kesejahteraan. Bukan gosip, hoaks, saling bermusuhan dan omong-omong saja. Apalagi tentang korupsi dan kejahatan publik lainnya, apakah sesuai kearifan budaya dan ajaran iman agama?.
Pengangguran, Merantau, dan Traficking-TPPO
Kita manusia, generasi penerus di NTT jelas terus bertambah jumlah, termasuk anak-anak dan angkatan kerja. Namun, lapangan kerja belum mampu tersedia maksimal. Kebutuhan hidup terus menagih dan bertambah.
Maka, pilihan yang terjadi selama ini adalah terpaksa hidup dengan potensi sumber daya yang ada, atau keluar dari Flobamora untuk merantau, baik dalam negeri maupun ke luar negeri sebagai buruh migran.
Beberapa generasi muda berkesempatan menjadi ASN sesuai lowongan yang tersedia. Angka pengangguran semakin meningkat untuk usia produktif.
Ada banyak manusia Flobamora yang mendapat pendidikan dan keterampilan mumpuni di luar NTT, tetapi tidak pulang ke kampung halaman. Mereka berkarya di negeri rantau, sambil mensuport keluarga di kampung halaman.
Menurut saya, masalah Traficking - Tindak pidana perdagangan orang - TPPO, terjadi karena pengangguran, tidak tersedia lapangan kerja, kurang penanganan di pemerintah desa dan daerah, juga kurangnya akses informasi. Banyak yang menjadi korban, karena memang kurang pendidikan dan lemah secara ekonomi. Perjumpaan beberapa kondisi yang memprihatinkan itulah, yang dilihat dan dijadikan peluang oleh jaringan para calo atau pelaku perdagangan tenaga kerja, untuk mendapatkan manfaat yang besar.
Mereka yang menganggur dan lemah kapasitasnya dijanjikan aneka masa depan sukses, lalu dibawa ke luar NTT untuk dijual tenaganya. Jaringan TPPO ini berjalan rapih, karena ada manajemen ketat dengan penghasilan uang besar bagi para pelaku TPPO.
Karena Itu, salah satu alternatif jalan keluar ialah membangun Balai Latihan Kerja di desa. Ketika sudah trampil dan disiapkan kelengkapan suratnya, maka generasi kerja terlatih itu bisa pergi merantau dengan kapasitas profesional.
Menurut saya, sangat mendesak kerjasama dan manajemen solusi lintas lembaga. Pemerintah dan lembaga swasta bisa mengakses informasi lowongan kerja dan membangun kemitraan. Sangat dibutuhkan kemauan baik dan kerjasama lintas pihak, karena data korban traficking- TPPO dari NTT sangat tinggi dan serius setiap tahun. Peran penegak hukum dan Pemerintah sangat diandalkan untuk menghentikan Traficking -TPPO.
Pengelolaan SDA dan Pengembangan Usaha
Sumber daya alam di Propinsi NTT adalah unik dan sangat kaya. Misalnya potensi laut untuk agroindustri dan wisata bahari Ada potensi pengembangan ternak dan pertanian. Sudah ada tanaman perdagangan bervariatif di sejumlah daerah. Misalnya kopi, coklat, mente dan rempah-rempah.
Menurut saya, ada dua hal mendesak yang perlu dilakukan. Pertama, para petani, nelayan, pemilik ternak, hasil pertanian dan komoditi perlu ditingkatkan ketrampilan untuk menjaga kualitas produksi dan membuat packing reproduksi yang memenuhi standar pasar. Kedua, perlu membangun mitra jaringan untuk modal dan pemasaran. Hal yang sama untuk soal kerajinan daerah dan UMKM. Pasar tradisional dan cara berpikir tradisional harus bisa diubah mengikuti perkembangan zaman.
Menurut saya, jika pemerintah daerah bisa memfasilitasi hal tersebut, maka sumber daya alam bisa dikelola maksimal dan masyarakat bisa meningkatkan kesejahteraan ekonominya. Ini perlu komitmen, keseriusan, pengalaman dan profesional dari para Pemimpin kita. Bukan hanya himbauan, omong-omong dan marah-marah kepada masyarakat, lalu ditinggal tanpa solusi".
Semoga materi ini menjadi bahan sharing, diskusi dan kajian serius untuk segenap warga Flobamora; baik di NTT dan di diaspora, demi melangkah maju lebih efektif dan Lebe Bae.
Viva FLOBAMORA!
Penulis adalah Aktivis Sosial dan Budaya.