Loading
BENDUNGAN Jatiluhur mungkin sudah lama dikenal masyarakat sebagai salah satu proyek infrastruktur terbesar di Indonesia. Bahkan, sempat tercatat sebagai bendungan terbesar di Asia Tenggara. Tak hanya berperan sebagai pembangkit listrik dan sumber irigasi untuk lahan pertanian, kawasan ini juga menjadi destinasi wisata air yang cukup populer.
Di tepian waduk yang luas, pengunjung bisa melihat bangunan besar tempat turbin pembangkit listrik berada. Dari atas perahu atau tepian waduk, pemandangan ini kerap menjadi latar foto favorit wisatawan. Namun, tak banyak yang tahu bahwa di balik bendungan raksasa ini terdapat sebuah terowongan panjang yang menembus langsung ke jantung waduk, tersembunyi di bawah permukaan air.
Menjejak Pintu Terowongan: Jejak Sejarah di Bawah Bendungan
Penulis berkesempatan mengunjungi pintu masuk terowongan tersebut. Di dindingnya, terpahat sebuah prasasti peresmian oleh Presiden Soeharto. Menariknya, pada tahun peresmian 1967, gelar yang tertulis masih "Pejabat Presiden". Hal ini sesuai dengan sejarah, di mana Soeharto memang menjabat sebagai Pejabat Presiden sejak 12 Maret 1967, sebelum akhirnya diangkat secara resmi sebagai Presiden melalui Ketetapan MPR.
Sisa-sisa masa lalu juga terlihat jelas di area ini. Rel kereta api tua masih tersisa di dekat mulut terowongan. Dulu, jalur kereta ini merupakan bagian dari infrastruktur pendukung pembangunan bendungan, menghubungkan Purwakarta dan Jatiluhur.
Terowongan Tersembunyi dan Fungsinya
Sayangnya, akses masuk ke dalam terowongan tidak terbuka untuk umum. Pengunjung hanya dapat melihat bagian awal terowongan yang menembus tubuh bendungan. Terowongan ini menjadi jalur penting untuk inspeksi dan pemeliharaan sistem saluran bawah air atau tailrace, yang berfungsi sebagai saluran pembuangan air dari turbin pembangkit.
Proses pengeringan dan pemeriksaan terowongan ini dilakukan secara berkala, biasanya setiap lima tahun sekali secara bergiliran antara saluran kiri dan kanan. Tim teknis akan memasuki terowongan untuk memastikan semua sistem berjalan optimal demi keselamatan dan kelancaran fungsi bendungan.
Prof. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Adjunct Professor, Griffith University.