Pertanyaan Kapan Nikah? Bikin Pusing! Psikolog Berbagi Kiat Mengatasinya


 Pertanyaan Kapan Nikah? Bikin Pusing! Psikolog Berbagi Kiat Mengatasinya Jangan biarkan pertanyaan toksik ganggu kebahagiaan Lebaran Foto Haibunda

DENPASAR, ARAHKITA.COM - Beberapa pertanyaan seperti kapan menikah, kapan punya anak kerap dilontarkan kerabat atau anggota keluarga saat menyapa pada momen Lebaran. Pertanyaan-pertanyaan itu bagi sebagian orang kerap bikin pusing kepala.

Psikolog Klinis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya Kota Denpasar, Bali Nena Mawar Sari membagikan kiat soal menanggapi pertanyaan yang dirasa sensitif saat Lebaran.

Nena menjelaskan, sebenarnya pertanyaan-pertanyaan itu bersifat netral. Karena itu, tanamkan dalam pikiran bahwa itu hal wajar dan netral, meski bagi sebagian orang dianggap tidak sopan dan melewati batasan.

Namun, tutur Nena, menanamkan dan memahami bahwa pertanyaan-pertanyaan itu bersifah netral sangat penting. Mengapa? Jika mampu menganggap pertanyaan itu netralm maka suasana hati saat libur Lebaran tidak akan terganggu.

Kedua, tambah Nena, orang yang biasanya menanyakan tentang kapan menikah, kapan punya anak dan lain sebagainya adalah orang yang tidak kenal secara personal atau dekat.

"Sehingga basa-basinya kalau tidak seputar kapan nikah, kapan punya anak, biasanya komentarnya lebih ke kok gemukkan, kok kurusan, jadi lebih ke fisik," tambah dia dilansir Antara.

Sementara bila seseorang memiliki kedekatan secara emosional biasanya akan menanyakan mengenai kabar atau kondisi belakangan.

Menanggapi pertanyaan yang dirasa sensitif, Nena merekomendasikan untuk melakukan beberapa hal, yakni dengan tersenyum dan kemudian menghindar.

"Paling tidak orang tersebut juga tahu bahwa kita tidak nyaman dengan situasi tersebut " tegasnya.

Kedua menanggapi dengan santai dan bercanda. "Misalnya, kapan nikah? Ya besok kalau tidak kesiangan," katanya.

Bila menghadapi orang yang dirasa toksik, Nena menyarankan senyum dan berlalu saja.

"Jadi tidak mesti semuanya diberikan jawaban yang lengkap," katanya lagi.

Dalam menjawab agar pertanyaan serupa dapat dipahami oleh keluarga atau orang yang lebih tua, perlu diketahui dalam hidup kita terdapat tiga layer relasi, yakni orang yang sangat dekat dengan kita, kedua adalah orang terdekat dan ketiga adalah Tuhan.

Untuk menanggapi orang terdekat bisa saja memilih untuk merespon tersenyum, berlalu dan hanya mengatakan "doakan saja".

Sementara untuk layer kedua yakni orang tua atau keluarga dekat, bisa menyampaikan alasan meski tidak rinci.

Dan pada layer ketiga, menyerahkan sepenuhnya pada Tuhan lewat lantunan doa.

Psikolog yang juga praktik di klinik Bali Psikolog ini mengatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, sehingga sapa menyapa dengan keluarga, kerabat terutama pada momentum Lebaran merupakan hal yang wajar.

Namun setiap orang memang bisa saja memiliki luka batin, ada yang sembuh dan belum sembuh, sehingga memiliki sensitivitas masing-masing atas pertanyaan.

"Saya rasa hal ini (pertanyaan yang dianggap sensitif) jangan sampai menghambat kebahagiaan kita dalam menyambut Hari Raya Lebaran," pungkasnya.

 

 

 

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Kesehatan Terbaru