Loading
Arsip Foto - Tentara Kamboja berjaga di kawasan perbatasan Oddar Meanchey, Kamboja, Jumat (29/8/2025). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa/am.
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Ketegangan bersenjata di perbatasan antara Thailand dan Kamboja terus meningkat, bahkan ketika kedua negara bersiap menggelar dialog militer resmi pada Rabu (24/12/2025). Situasi di lapangan dilaporkan masih jauh dari kondusif, dengan tembakan artileri dan roket yang terus berlanjut di sejumlah titik rawan.
Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh pasukan Thailand melepaskan dua peluru artileri ke wilayah Poipet. Satu proyektil lainnya disebut jatuh di Provinsi Banteay Meanchey dan melukai dua warga sipil. Informasi tersebut disampaikan media lokal Khmer Times.
Ironisnya, baku tembak terjadi hanya berselang sehari sebelum pertemuan Komite Perbatasan Umum (General Border Committee/GBC) Thailand–Kamboja digelar. Pertemuan ini menjadi dialog militer pertama sejak konflik terbuka pecah pada 7 Desember lalu.
Di lokasi lain, militer Thailand dilaporkan menembaki area di sekitar Candi Preah Vihear, kawasan yang sejak lama menjadi simbol sengketa perbatasan kedua negara. Pasukan Kamboja merespons dengan meluncurkan roket BM-21, memperlihatkan eskalasi konflik yang semakin serius.
Sehari sebelumnya, otoritas Thailand mengklaim telah menghancurkan dua bangunan di Poipet yang diduga digunakan sebagai pusat penipuan daring sekaligus gudang amunisi. Klaim ini dilaporkan oleh lembaga penyiaran publik Thai PBS.
Sementara itu, surat kabar harian The Nation melaporkan bahwa bentrokan juga terjadi di tiga titik perbatasan Provinsi Sa Kaeo pada Rabu pagi. Militer Thailand menyebut situasi di kawasan tersebut masih fluktuatif dan rawan bentrokan susulan.
Dalam pernyataan terpisah melalui media sosial, Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand membantah tuduhan Kamboja terkait dugaan kejahatan lingkungan. Pihak Thailand menyebut tuduhan tersebut sebagai upaya “pembelokan fakta serius” di tengah konflik yang sedang berlangsun dilansir Antara.
Dari sisi korban, pemerintah Thailand melaporkan 23 personel militer dan satu warga sipil tewas, serta 33 warga sipil lainnya mengalami luka-luka. Sementara Kamboja menyatakan sedikitnya 21 warga sipil meninggal dunia dan 83 orang terluka akibat serangan lintas perbatasan.
Konflik bersenjata ini juga berdampak besar pada kemanusiaan. Hampir satu juta warga dari kedua sisi perbatasan terpaksa mengungsi demi menyelamatkan diri dari pertempuran yang kian meluas. Komunitas internasional pun mulai menaruh perhatian serius, mendesak kedua negara menahan diri dan memprioritaskan jalur diplomasi.