Selasa, 30 Desember 2025

Petisi Desak PM Australia Mundur Usai Tragedi Bondi Beach, Tembus 310 Ribu Tanda Tangan


 Petisi Desak PM Australia Mundur Usai Tragedi Bondi Beach, Tembus 310 Ribu Tanda Tangan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese. (ANTARA/Anadolu)

MOSKOW, ARAHKITA.COM - Gelombang tekanan publik terhadap Perdana Menteri Australia Anthony Albanese kian menguat menyusul tragedi berdarah di Pantai Bondi, Sydney. Lebih dari 310.000 orang tercatat telah menandatangani petisi daring yang menuntut pengunduran diri Albanese sekaligus perubahan kebijakan migrasi nasional.

Petisi tersebut dipublikasikan melalui platform Change.org dan mencerminkan kemarahan publik pasca-serangan teroris yang menewaskan puluhan warga sipil. Dalam pernyataan di laman petisi, penggagas menilai tragedi Bondi Beach menjadi alarm keras bagi pemerintah untuk segera bertindak.

“Serangan mematikan ini menunjukkan kegagalan negara dalam melindungi warganya. Kami menuntut langkah nyata, bukan sekadar pernyataan simpati,” tulis penggagas petisi di Change.org. seperti dikutip dari Sputnik, Senin (22/12/2025). 

Situasi kian memanas ketika PM Albanese menghadiri upacara peringatan korban pada 21 Desember. Alih-alih mendapat simpati, ia justru dicemooh massa yang hadir. Aparat keamanan terpaksa mengawal Albanese dan istrinya meninggalkan lokasi lebih awal demi menghindari potensi ancaman keselamatan.

Sejumlah laporan media menyebutkan, massa melontarkan teriakan kecaman dengan menyebut Albanese “lemah” serta menuduhnya bertanggung jawab atas tragedi tersebut. Insiden itu menegaskan memburuknya kepercayaan publik terhadap pemerintah.

Selain menuntut pengunduran diri perdana menteri, petisi juga menyoroti kekhawatiran luas terhadap imigrasi massal. Para penandatangan menilai kebijakan migrasi saat ini tidak mencerminkan kehendak mayoritas rakyat Australia dan justru memperlebar jarak antara pemerintah dan masyarakat.

“Kami membutuhkan kebijakan migrasi yang lebih ketat, transparan, dan berorientasi pada keselamatan publik,” tulis pernyataan lanjutan dalam petisi tersebut.

Serangan teror itu sendiri terjadi pada 14 Desember, ketika dua pelaku melepaskan tembakan ke arah kerumunan warga di Pantai Bondi. Polisi New South Wales mengungkapkan bahwa pelaku adalah seorang pria berusia 50 tahun dan putranya yang berusia 24 tahun.

“Sedikitnya 16 orang meninggal dunia, termasuk salah satu pelaku, dan sekitar 40 orang lainnya mengalami luka-luka,” ujar pernyataan resmi Kepolisian New South Wales.

Media Israel, Kan, melaporkan bahwa serangan tersebut berlangsung saat upacara penyalaan lilin Hanukkah, yang dihadiri banyak anggota komunitas Yahudi setempat. Hal ini memunculkan kekhawatiran akan motif kebencian berbasis agama.

Polisi juga mengonfirmasi bahwa dua alat peledak rakitan berhasil dilucuti oleh tim penjinak bom di sekitar lokasi kejadian. Temuan ini memperkuat kekhawatiran akan eskalasi ancaman keamanan di Australia dan meningkatkan tuntutan publik agar pemerintah segera mengambil langkah tegas dan terukur.

Editor : M. Khairul

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru