Rabu, 31 Desember 2025

Yvette Cooper: Dunia di Ambang Kesepakatan Damai Gaza, Trump Disebut Punya Peran Kunci


 Yvette Cooper: Dunia di Ambang Kesepakatan Damai Gaza, Trump Disebut Punya Peran Kunci Menteri Luar Negeri Inggris, Yvette Cooper. (The Guardian)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Harapan perdamaian di Gaza semakin nyata. Menteri Luar Negeri Inggris, Yvette Cooper, mengisyaratkan bahwa komunitas internasional kini berada di titik penting untuk mengakhiri perang yang sudah berlangsung selama dua tahun dan menimbulkan krisis kemanusiaan besar.

Dalam wawancara eksklusif dengan The Guardian menjelang konferensi Partai Buruh di Liverpool, Cooper mengatakan dunia telah “mencapai momen di mana perang ini harus berakhir.” Keyakinan itu menguat setelah Presiden AS Donald Trump memberi sinyal bahwa kesepakatan damai sudah berada dalam jangkauan.

Seruan untuk Israel

Cooper mendesak Israel segera menghentikan serangan militernya di Gaza. Ia menegaskan tidak ada solusi militer yang dapat memperkuat keamanan, baik bagi Israel maupun Palestina. “Keamanan tidak akan tercapai dengan bom, justru dengan mengakhiri penderitaan manusia di Gaza,” ujarnya.

Meski begitu, politisi senior Partai Buruh ini menolak menyimpulkan bahwa Israel melakukan genosida, meskipun isu tersebut menjadi perdebatan internal di partainya. Menurutnya, hal itu memerlukan proses hukum internasional.

Momentum Baru untuk Perdamaian

Cooper mengakui kata-kata sering terasa hampa di tengah penderitaan rakyat Palestina, terutama anak-anak. Karena itu, ia menilai tugas terpenting saat ini adalah memanfaatkan momentum diplomasi yang sedang terbuka.

“Awal dari proses ini adalah gencatan senjata, akses bantuan kemanusiaan, dan pembebasan seluruh sandera,” tambahnya. Meski mengakui prosesnya rapuh dan penuh tantangan, Cooper melihat ada energi dan tekad internasional yang kuat untuk mendorong jalan damai.

Peran Donald Trump dan Tony Blair

Rencana perdamaian yang digagas Gedung Putih disebut sejalan dengan resolusi PBB terkait Palestina. Isinya mencakup 21 poin, termasuk larangan pemindahan massal dari Gaza, tidak ada peran bagi Hamas, serta penolakan aneksasi Tepi Barat.

Salah satu poin yang menimbulkan perdebatan adalah kemungkinan Tony Blair memimpin pemerintahan transisi teknokratis di Gaza. Blair, yang punya jaringan luas di Timur Tengah dan Gedung Putih, tetap dianggap tokoh kontroversial karena perannya dalam perang Irak 2003. Cooper sendiri enggan menegaskan apakah Blair sosok yang tepat, namun mengakui ia turut memberi masukan penting dalam proses perdamaian.

Diplomasi dan Konsensus Global

Cooper menekankan bahwa konsensus internasional saat ini jauh lebih solid dibanding sebelumnya. “Ada rasa tekad yang nyata di PBB untuk mengakhiri perang ini,” katanya. Ia juga menambahkan bahwa Trump, sebagai presiden AS, akan memainkan peran krusial dalam mendorong Israel terlibat dalam kesepakatan.

Pertemuan dengan Mahmoud Abbas menjadi agenda penting bagi Cooper setelah resmi menjabat sebagai Menlu. Namun, ia belum bertatap muka dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, meski berada di forum yang sama di New York.

Fokus ke Palestina dan RusiaSelain isu Gaza, Cooper juga menyinggung langkah Rusia yang menerbangkan drone dan jet di atas Polandia serta negara-negara Skandinavia. Ia menyebutnya sebagai “provokasi yang disengaja” yang bertujuan mengganggu stabilitas Eropa. Karena itu, ia mendorong AS memperketat sanksi terhadap minyak dan gas Rusia dengan dukungan penuh dari negara-negara NATO.

Seruan Mengakhiri Perang

Bagi Cooper, inti dari semua upaya ini bukan sekadar diplomasi, melainkan penderitaan nyata manusia di lapangan. “Setiap kali kita berbicara tentang krisis ini, kata-kata sering terasa hampa. Yang sebenarnya kita maksud adalah jeritan seorang anak kecil. Perang ini harus segera diakhiri,” tegasnya dilaporkan The Guardian.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru