Selasa, 30 Desember 2025

PM Denmark: Serangan Drone di Bandara Kopenhagen Ancaman Serius terhadap Infrastruktur Kritis


 PM Denmark: Serangan Drone di Bandara Kopenhagen Ancaman Serius terhadap Infrastruktur Kritis Polisi berpatroli di Copenhagen Airport. (The Guardian/Steven Knap/AP)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, menyebut insiden penampakan drone di Bandara Kopenhagen sebagai serangan paling serius terhadap infrastruktur kritis Denmark hingga saat ini. Bandara terbesar di negara tersebut terpaksa harus ditutup selama beberapa jam pada Senin malam (23/9), menyusul kemunculan beberapa drone besar yang terbang secara misterius.

Pihak kepolisian mengatakan dua hingga tiga drone dikendalikan oleh operator yang sangat terampil dan sengaja menunjukkan kemampuan teknis mereka. Drone tersebut terbang dengan pola yang kompleks, menyalakan dan mematikan lampu selama berjam-jam sebelum menghilang dari area udara. Hingga kini belum ada tersangka yang diidentifikasi.

Insiden serupa, dilaporkan The Guardian, juga terjadi di Bandara Oslo, Norwegia, yang terpaksa menghentikan operasionalnya selama tiga jam akibat penampakan dua drone. Ribuan penumpang di kawasan Nordik terdampak dan sejumlah penerbangan dialihkan.

Frederiksen menegaskan bahwa pihak berwenang belum bisa mengesampingkan keterlibatan Rusia. Namun, Kremlin dengan tegas membantah tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai "klaim tidak berdasar."

Menurut Frederiksen, insiden ini mencerminkan meningkatnya ancaman serangan hibrida di Eropa. Ia menyoroti rangkaian kejadian serupa yang terjadi sebelumnya di wilayah lain, seperti pelanggaran wilayah udara di Polandia, Estonia, dan Rumania, serta serangan siber terhadap bandara-bandara besar di Eropa, termasuk di London, Berlin, dan Brussels.

"Kita hidup di zaman yang berbeda. Ini bukan lagi soal kemungkinan, tapi soal kesiapan menghadapi bentuk serangan baru," ujar Frederiksen.

Ia menambahkan bahwa pihak kepolisian Kopenhagen kini bekerja sama dengan badan intelijen Denmark (PET), militer, serta mitra internasional dalam penyelidikan insiden tersebut.

Sementara itu, Perdana Menteri Norwegia Jonas Gahr Støre mengungkapkan bahwa wilayah udara Norwegia telah dilanggar tiga kali dalam beberapa bulan terakhir oleh pesawat militer Rusia, termasuk jet tempur SU-24 dan SU-33. Meski berskala kecil, ia menyebut pelanggaran itu sangat serius karena sebelumnya tidak terjadi selama lebih dari satu dekade.

Pakar intelijen Denmark, Jacob Kaarsbo, menyebut kemungkinan besar drone diluncurkan dari kapal di Laut Baltik yang dikenal sebagai bagian dari "armada bayangan" Rusia. Drone bersayap tetap dengan lebar 2,5 meter ini memerlukan alat peluncur khusus, sehingga kuat dugaan melibatkan aktor negara.

Di tengah meningkatnya kekhawatiran regional, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan telah berkomunikasi dengan Frederiksen dan menyebut insiden ini sebagai bagian dari pola ancaman yang terus berkembang di perbatasan Eropa.

Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, menyebut masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah insiden di Denmark dan Norwegia berkaitan langsung dengan aktivitas Rusia, namun NATO menyatakan terus memantau perkembangan secara ketat.

Sementara itu, kepolisian Denmark juga menyelidiki teori bahwa drone mungkin diluncurkan dari kapal di sekitar Bandara Kopenhagen, yang lokasinya dekat dengan jalur pelayaran tersibuk di Laut Baltik. Lokasi ini dikenal sering dilintasi oleh kapal yang diduga bagian dari operasi intelijen maritim Rusia.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru