Loading
Ilustrasi - Polisi menghadang para aktivis dan perempuan yang berunjuk rasa memperingati Hari Perempuan Internasional di Manila, Filipina (8/3/2023). ANTARA FOTO/REUTERS/Lisa Marie David/tom.
MANILA, ARAHKITA.COM – Gelombang protes besar mengguncang ibu kota Filipina, Manila, pada Minggu (21/9/2025). Ribuan warga, termasuk mahasiswa dan kelompok aktivis, turun ke jalan menuntut keadilan atas dugaan korupsi dalam proyek-proyek pemerintah, terutama pengendalian banjir.
Aksi yang dipusatkan di sejumlah titik penting seperti People Power Monument dan Rizal Park ini diikuti puluhan ribu orang. Data resmi pemerintah kota mencatat sekitar 49.000 peserta memadati Taman Luneta hingga menjelang siang, sementara panitia penyelenggara memperkirakan jumlahnya bisa mencapai 80.000 orang.
Para demonstran menyerukan transparansi dari para pejabat publik, termasuk kewajiban melaporkan aset dan kekayaan bersih, serta penandatanganan surat pelepasan kerahasiaan bank. Mereka juga menuntut pertanggungjawaban penuh atas dugaan penyimpangan dana proyek pengendalian banjir.
Namun suasana memanas ketika massa yang berbaris menuju Jalan Mendiola terlibat bentrokan dengan aparat. Polisi anti huru-hara yang berjaga di balik barikade menghadapi aksi pelemparan batu dan pembakaran sebuah truk trailer di dekat perempatan Ayala–Romualdez. Bentrokan itu berujung pada penangkapan sedikitnya 20 orang dan menyebabkan 39 petugas kepolisian terluka, menurut laporan ABS-CBN.
Kepolisian Nasional Filipina menegaskan tetap menghormati hak masyarakat untuk menyampaikan aspirasi secara damai, namun mengecam tindakan anarkis yang dianggap mencederai tujuan utama demonstrasi. “Kami mendukung protes damai, tetapi kekerasan hanya membahayakan nyawa dan melemahkan pesan rakyat,” tegas pihak kepolisian dalam pernyataannya dilansir Antara.
Merespons situasi ini, Presiden Ferdinand R. Marcos Jr menginstruksikan aparat untuk menerapkan “toleransi maksimal” agar tidak ada korban jiwa. Menteri Dalam Negeri Jonvic Remulla menegaskan bahwa pemerintah melindungi hak warga untuk berkumpul, tetapi tetap tidak akan mentoleransi aksi yang menimbulkan instabilitas.
Di sisi lain, Wali Kota Manila Francisco “Isko Moreno” Domagoso memberlakukan jam malam ketat bagi remaja di bawah usia 17 tahun mulai pukul 10 malam hingga 4 pagi, sebagai langkah menjaga keamanan kota.
Aksi unjuk rasa ini menjadi salah satu yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir di Filipina. Besarnya jumlah peserta menunjukkan semakin kuatnya desakan publik agar pemerintah menegakkan transparansi, akuntabilitas, dan pemberantasan korupsi di semua lini.