Loading
15 dari 16 Korban Tewas di Gaza adalah Warga Sipil. (The Guardian/ Xinhua/Shutterstock)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Organisasi pelacak konflik independen, ACLED, merilis data mengejutkan terkait agresi militer Israel di Jalur Gaza sejak Maret 2025. Dalam laporannya, disebutkan bahwa sekitar 15 dari setiap 16 warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel merupakan warga sipil.
Data ini menunjukkan tingkat kematian warga sipil tertinggi sejak perang dimulai, memperkuat tekanan internasional terhadap Israel, terutama di tengah serangan besar-besaran yang kini terfokus di Kota Gaza.
Laporan Armed Conflict Location & Event Data (ACLED) yang didukung oleh PBB dan sejumlah pemerintah Barat, menghimpun data dari berbagai sumber termasuk media lokal dan internasional, pernyataan Hamas, serta laporan resmi Israel.
Israel sebelumnya, dilansir The Guardian, mengklaim telah menewaskan lebih dari 2.100 kombatan sejak Maret. Namun ACLED mencatat hanya sekitar 1.100 korban dari kalangan bersenjata, termasuk beberapa tokoh politik dan militer Hamas.
Sejak pelanggaran gencatan senjata dua bulan oleh Israel pada Maret 2025, data PBB menyebut lebih dari 16.000 warga Palestina telah terbunuh. Jumlah tersebut mencerminkan eskalasi kekerasan dan kerusakan besar pada infrastruktur sipil.
Menurut The Guardian, data internal militer Israel sendiri menunjukkan bahwa sekitar 83% korban sejak Oktober 2023 hingga Mei 2025 adalah warga sipil.
Laporan ACLED juga mencatat bahwa pembongkaran bangunan di Gaza meningkat signifikan, dengan lebih dari 500 insiden terjadi dalam enam bulan terakhir. Banyak di antaranya melibatkan lebih dari satu bangunan.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa mereka memprioritaskan serangan terhadap militan, dan telah menewaskan sedikitnya 40 komandan Hamas sejak Maret. Hanya satu dari dewan militer senior Hamas yang tersisa saat ini.
Menurut ACLED, Hamas kini beroperasi dalam sel-sel kecil dan mengandalkan jebakan serta bom pinggir jalan. Sementara itu, jumlah bentrokan langsung dengan pasukan Israel menurun tajam.
Ameneh Mehvar, analis senior ACLED untuk Timur Tengah, mengatakan Hamas kini hanya mempertahankan wilayah-wilayah kecil, termasuk Kota Gaza, Deir al-Balah, dan al-Mawasi. Namun, ia menekankan bahwa keberadaan Hamas tidak selalu berarti mereka "bersembunyi di antara warga sipil, karena ada juga yang berada di daerah tak berpenduduk.
Sejak 7 Oktober 2023, lebih dari 65.000 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 160.000 lainnya terluka. Sekitar 90% rumah di Gaza rusak atau hancur. Sistem kesehatan kolaps, dan wilayah utara dilanda kelaparan parah, menurut pemantau PBB.
Sementara itu, Hamas masih diyakini menahan lebih dari 50 sandera dari total 250 yang diculik dalam serangan awal ke Israel, yang menewaskan 1.200 orang.
Laporan ACLED juga membantah klaim Israel bahwa Hamas secara sistematis mencuri bantuan PBB. Penjarahan memang meningkat, tetapi tidak ada bukti kuat keterlibatan langsung Hamas dalam pola tersebut.
ACLED menyimpulkan bahwa strategi Israel tampaknya tidak bertujuan melenyapkan Hamas sepenuhnya, tetapi lebih pada melemahkan kekuatan mereka, menghalangi munculnya pemerintahan alternatif Palestina, dan menjadikan Gaza sebagai wilayah yang tidak layak huni agar warganya terdorong untuk bermigrasi.