Rabu, 31 Desember 2025

Israel Intensifkan Serangan di Gaza, 150 Gempuran Luluhlantakkan Kota dan Lumpuhkan Komunikasi


 Israel Intensifkan Serangan di Gaza, 150 Gempuran Luluhlantakkan Kota dan Lumpuhkan Komunikasi Ilustrasi pasukan Israel menggempur menara hunian dan blok apartemen dengan menggunakan artileri, serangan drone, serta robot yang dipasangi bom. /ANTARA/Anadolu/py

KOTA GAZA, ARAHKITA.COM – Situasi di Jalur Gaza kembali memanas setelah militer Israel mengonfirmasi melancarkan lebih dari 150 serangan udara dan artileri dalam dua hari terakhir. Aksi militer besar-besaran ini membuat jaringan komunikasi lumpuh dan memaksa ribuan warga sipil mengungsi dari Kota Gaza.

Dalam pernyataannya pada Rabu (17/9/2025), militer Israel menyebut operasi tersebut sebagai bagian dari perluasan penyerbuan darat menuju pusat perkotaan terbesar di Gaza. Rekaman yang dirilis memperlihatkan pasukan Israel sudah berada di dalam kota, menandai dimulainya fase baru Operasi Gideon’s Chariots 2.

Meski begitu, saksi mata menegaskan belum terjadi invasi besar-besaran. Yang terlihat justru peningkatan penembakan artileri, serangan drone, dan penggunaan bahan peledak kendali jarak jauh. Kondisi ini membuat warga sipil semakin terdesak dan kehilangan tempat tinggal.

Divisi ke-98 dan 162 dilaporkan tengah “memperdalam manuver” di Kota Gaza. Pejabat militer Israel bahkan memperingatkan bahwa operasi darat bisa berlangsung berbulan-bulan.

Di sisi lain, perusahaan telekomunikasi Palestina, Paltel, mengumumkan jaringan internet kabel dan telepon tetap di Kota Gaza serta wilayah utara terputus akibat infrastruktur yang rusak dihantam gempuran. “Tim kami bekerja tanpa henti untuk memperbaiki jalur di tengah kondisi berbahaya,” jelas pihak Paltel. Warga pun melaporkan pemadaman luas di sejumlah kawasan dilansir Antara.

Langkah militer Israel ini terjadi setelah kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyetujui rencana untuk kembali menduduki seluruh Jalur Gaza, dimulai dari Kota Gaza yang padat penduduk. Sejak awal Agustus, serangan bertubi-tubi menghantam menara hunian, blok apartemen, hingga fasilitas sipil.

Namun, di dalam negeri, Netanyahu mendapat tekanan keras. Oposisi dan keluarga sandera menuduhnya memperpanjang perang demi keuntungan politik, sementara komunitas internasional menyuarakan keprihatinan atas penderitaan warga Gaza.

Sejak Oktober 2023, serangan Israel telah menewaskan hampir 65.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak. Kondisi Gaza kini digambarkan tidak layak huni, dengan kelaparan dan penyakit yang terus menyebar di tengah keterbatasan bantuan kemanusiaan.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru