Selasa, 23 September 2025

Militer Ambil Alih Kekuasaan di Nepal Usai Protes Mematikan


 Militer Ambil Alih Kekuasaan di Nepal Usai Protes Mematikan Militer Ambil Alih Kekuasaan di Nepal. (RRI/X - Amnesty International)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Militer Nepal resmi mengambil alih kekuasaan pada Selasa malam (9/9), menyusul gelombang protes besar-besaran selama dua hari yang menewaskan sedikitnya 20 orang dan memaksa Perdana Menteri KP Sharma Oli mengundurkan diri.

Menurut laporan media lokal SetoPati, tentara dikerahkan ke seluruh penjuru negeri untuk menegakkan hukum dan menjaga ketertiban umum. Aksi unjuk rasa yang meluas di berbagai kota telah menyebabkan kerusakan besar terhadap properti publik, pembakaran gedung pemerintahan, hingga pembebasan tahanan dari sejumlah fasilitas penjara.

Komandan militer Nepal, Jenderal Ashok Raj Singdel, dalam pernyataannya menyerukan ketenangan dan mendorong masyarakat untuk menyelesaikan konflik melalui dialog. Namun situasi di lapangan tetap mencekam, dengan korban luka mencapai lebih dari 350 orang.

Presiden Ramachandra Paudel kini bergerak cepat membentuk pemerintahan baru setelah menerima pengunduran diri resmi dari PM Oli. Langkah tersebut diambil di tengah tekanan publik yang kian besar dan semakin memburuknya stabilitas nasional.

Krisis ini bermula pada Senin ketika pemerintah mengumumkan pelarangan akses ke media sosial, termasuk X (dulu Twitter), Facebook, dan TikTok, serta menuntut perusahaan-perusahaan teknologi tersebut membuka kantor perwakilan di Nepal. Kebijakan itu langsung memicu gelombang protes di ibu kota Kathmandu dan menyebar ke berbagai wilayah lain.

Pengunjuk rasa, dilansir Antara, menyerbu dan membakar gedung parlemen, merusak kantor partai politik, serta membakar rumah-rumah pejabat tinggi, termasuk kediaman Presiden. Meskipun larangan media sosial akhirnya dicabut, aksi massa terus berlangsung dengan intensitas tinggi.

Seluruh bandara dilaporkan telah ditutup, memutus konektivitas Nepal dengan dunia luar. Pemerintah sementara yang akan dibentuk kini menghadapi tantangan besar untuk meredam kerusuhan, memulihkan ketertiban, dan memulai proses transisi politik di tengah tekanan publik dan krisis keamanan.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru