Sabtu, 13 September 2025

Indonesia Tawarkan Sawit hingga Nikel untuk Tekan Tarif Impor AS 19 Persen


 Indonesia Tawarkan Sawit hingga Nikel untuk Tekan Tarif Impor AS 19 Persen Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh Republik Indonesia (LBBP RI) untuk Amerika Serikat, Dwisuryo Indroyono Soesilo dsalam wawancara khusus dengan ANTARA di kantornya di Jakarta, Selasa (9/9/2025). ANTARA/Kuntum Riswan.

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Indonesia terus mengupayakan strategi dagang yang lebih menguntungkan dengan Amerika Serikat. Salah satu langkah yang ditempuh adalah menawarkan komoditas unggulan, terutama minyak kelapa sawit, untuk menekan tarif impor AS yang saat ini masih berada di angka 19 persen.

Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Dwisuryo Indroyono Soesilo, menyampaikan bahwa delegasi Indonesia tengah berada di Washington D.C. untuk melanjutkan negosiasi. Menurutnya, sawit menjadi komoditas potensial karena tidak diproduksi di AS, sementara kebutuhan minyak sawit di negeri Paman Sam cukup tinggi.

“Amerika Serikat sangat membutuhkan minyak kelapa sawit. Dengan ekspor komoditas ini, kita berharap tarif 19 persen bisa kembali diturunkan,” jelas Dubes Dwisuryo.

Selain sawit, Indonesia juga menawarkan berbagai produk lain seperti udang, kayu, furnitur, tembaga, hingga nikel. Sektor tekstil dan garmen juga menjadi perhatian karena masih memiliki pasar besar di AS, meskipun kapasitas produksi dalam negeri baru memenuhi sekitar 20 persen dari kebutuhan.

Dubes Dwisuryo menegaskan bahwa negosiasi ini bertujuan menciptakan keuntungan bersama. “Kerja sama yang lebih seimbang akan memberi manfaat bagi kedua negara. Untuk Indonesia, ini peluang meningkatkan ekspor. Untuk AS, mereka mendapatkan suplai komoditas yang dibutuhkan,” tambahnya dikutip Antara.

Saat ini, tarif impor produk Indonesia ke AS memang sudah lebih rendah dibanding sebelumnya. Dari semula 32 persen, berhasil ditekan menjadi 19 persen melalui kesepakatan antara Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden AS Donald Trump. Namun, Indonesia masih mengincar peluang agar beberapa produk bisa dikenakan tarif 0 persen.

Sepanjang 2024, nilai ekspor Indonesia ke AS tercatat mencapai 26 miliar dolar AS (Rp426,5 triliun), sedangkan ekspor AS ke Indonesia hanya sekitar 10 miliar dolar AS (Rp164,4 triliun). Artinya, Indonesia masih menikmati surplus perdagangan sekitar 16 miliar dolar AS.

Dengan surplus ini, Indonesia menyadari pentingnya menjaga keseimbangan dagang yang sehat. Negosiasi yang sedang berjalan diharapkan tidak hanya menurunkan tarif impor, tetapi juga membuka ruang kerja sama yang lebih luas di masa depan.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru