Rabu, 31 Desember 2025

Swedia Pertimbangkan Sanksi untuk Menteri Israel terkait Krisis Kemanusiaan Gaza


  Swedia Pertimbangkan Sanksi untuk Menteri Israel terkait Krisis Kemanusiaan Gaza Menteri Kerja Sama Pembangunan Internasional dan Perdagangan Luar Negeri Swedia, Benjamin Dousa. (inilahkalsel.com)

STOCKHOLM, ARAHKITA.COM – Pemerintah Swedia menyatakan sedang mengevaluasi kemungkinan menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah menteri Israel dari kelompok sayap kanan ekstrem. Langkah ini dipertimbangkan sebagai respons atas memburuknya kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza yang terus berlangsung tanpa jeda.

Menteri Kerja Sama Pembangunan Internasional dan Perdagangan Luar Negeri Swedia, Benjamin Dousa, menegaskan bahwa blokade yang dilakukan Israel telah menghambat masuknya bantuan kemanusiaan. Dalam wawancara dengan kantor berita Anadolu, Kamis (31/7/2025), Dousa menyebut pentingnya sikap tegas dari Uni Eropa terhadap krisis ini.

"Kami tengah mempertimbangkan peningkatan tekanan diplomatik terhadap pemerintah Israel. Ini termasuk menjatuhkan sanksi kepada para menteri dari partai-partai kanan ekstrem dan mengevaluasi kembali perjanjian kemitraan yang telah ada," ujar Dousa.

Ia menyebut situasi kemanusiaan di Gaza saat ini sebagai yang paling parah sejak konflik meningkat, dengan Israel dituding memperburuk kondisi melalui pengepungan militer dan operasi yang terus berlanjut.

Dousa juga mengkritik minimnya aksi kolektif Uni Eropa. Menurutnya, hanya sebagian kecil negara anggota yang mendukung langkah-langkah tegas terhadap Israel.

"Baru lima atau enam negara anggota yang mendukung langkah seperti yang diusulkan Swedia. Tapi kami optimistis, jumlah itu bisa bertambah seiring meningkatnya kepedulian terhadap krisis di Gaza," tambahnya.

Swedia sendiri telah meningkatkan komitmen kemanusiaan mereka. Dalam beberapa bulan terakhir, bantuan kemanusiaan untuk Gaza dinaikkan dua kali lipat, dari 40 juta dolar AS menjadi 80 juta dolar AS atau sekitar Rp1,3 triliun.

"Saat ini, tidak ada negara Uni Eropa yang menyalurkan bantuan lebih besar ke Gaza dibandingkan Swedia," tegas Dousa dikutip Antara.

Di sisi lain, Israel terus melancarkan serangan militer sejak 7 Oktober 2023 meski berbagai seruan internasional untuk gencatan senjata digaungkan. Serangan yang berlangsung selama berbulan-bulan itu telah menyebabkan lebih dari 60.000 warga Palestina tewas, menghancurkan infrastruktur Gaza, dan memperparah krisis pangan di wilayah tersebut.

Laporan dari dua organisasi kemanusiaan terkemuka asal Israel, yakni B’Tselem dan Physicians for Human Rights, pada awal pekan ini turut memperkuat kecaman terhadap Israel. Mereka menuduh Israel melakukan tindakan genosida dengan menghancurkan tatanan masyarakat Palestina serta secara sistematis melumpuhkan layanan kesehatan di Gaza.

 

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru