Loading
BEIRUT, ARAHKITA.COM - Pemerintah Lebanon menutup sementara wilayah udaranya pada Jumat malam (14/6/2025) waktu setempat, menyusul eskalasi ketegangan antara Israel dan Iran yang makin memanas dalam 24 jam terakhir. Penutupan ini diumumkan langsung oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Transportasi Lebanon, Fayez Rasamny.
Dalam pernyataannya, Rasamny menyebut bahwa wilayah udara Lebanon resmi ditutup sejak pukul 22.30 waktu setempat (GMT+3) hingga pukul 06.00 pagi keesokan harinya, sebagai langkah pengamanan menghadapi risiko imbas konflik yang berkembang cepat di kawasan.
Langkah ini diambil setelah sejumlah warga di ibu kota Beirut melaporkan menyaksikan puluhan rudal melintasi langit, yang diduga merupakan bagian dari serangan balasan Iran terhadap Israel. Kantor berita resmi Lebanon (NNA) mengonfirmasi bahwa rudal-rudal tersebut terlihat terbang dari arah Iran menuju wilayah Israel pada Jumat malam.
Situasi ini memicu gangguan penerbangan di sejumlah negara Timur Tengah. Sejumlah maskapai memilih membatalkan atau mengalihkan rute penerbangannya demi alasan keselamatan penumpang dan kru.
Sementara itu, Iran menyampaikan di hadapan Dewan Keamanan PBB bahwa serangan Israel yang terjadi pada Jumat dini hari menyebabkan sedikitnya 78 korban jiwa dan melukai lebih dari 300 orang lainnya. Serangan yang dinamai Operasi Rising Lion tersebut menargetkan sejumlah titik strategis di Iran, termasuk ibu kota Teheran. Beberapa pejabat militer senior dan ilmuwan nuklir Iran dilaporkan turut menjadi korban.
Sebagai respons, Iran melancarkan Operasi True Promise 3, yang menyasar fasilitas militer Israel sebagai bentuk balasan atas serangan tersebut.
Ketegangan antara kedua negara ini menimbulkan kekhawatiran global akan meluasnya konflik di Timur Tengah, termasuk dampaknya terhadap penerbangan sipil dan stabilitas kawasan dikutip dari Antara.