Senin, 22 September 2025

Ghost Train: Ketika Ketamakan dan Iri Hati Manusia Jadi Teror Paling Nyata


 Ghost Train: Ketika Ketamakan dan Iri Hati Manusia Jadi Teror Paling Nyata Ghost Train: Ketika Ketamakan dan Iri Hati Manusia Jadi Teror Paling Nyata. (Timetoday.id)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Film horor Korea Selatan Ghost Train bukan hanya menyuguhkan ketegangan mencekam di stasiun bawah tanah, tetapi juga menyodorkan cermin ke wajah penonton bahwa sifat terburuk manusia bisa jauh lebih menakutkan dibandingkan dengan makhluk gaib mana pun.

Disutradarai oleh Tak Se Woong, film ini membawa penonton menelusuri misteri hilangnya orang-orang di sebuah stasiun kereta bawah tanah yang diyakini terhubung dengan fenomena mistis. Namun, di balik kisah itu, tersembunyi sindiran tajam tentang keserakahan, iri hati, dan ketidakpuasan manusia modern.

Cerita berpusat pada Da Gyeong (diperankan Joo Hyun Young), seorang Youtuber yang kariernya meredup dan perasaannya tak tersampaikan pada Woo Jin (Choi Bo Min). Terdesak untuk membuktikan eksistensinya, ia nekat menyelidiki kisah horor di stasiun yang terkenal angker.

Ia juga nekat menemui kepala stasiun (Jeon Bae Soo) untuk menemukan sumber cerita horor yang terjadi di sana pada tengah malam.

Tingkahnya yang lucu saat berbincang dengan kepala stasiun cukup menarik dan memberikan penyegaran selama film di putar. Sayangnya, pada titik ini pula penonton akan melihat perubahan sifat dalam diri Da Gyeong.

Perjalanan itu, dilansir Antara, membawa dirinya pada lima babak cerita, yang masing-masing mengungkap sisi tergelap manusia.

 

Kisah 5 Babak

 

Sutradara Tak Se Woong nampaknya tahu betul jika membahas sifat manusia akan lebih menarik untuk dikulik apabila alur dibagi ke dalam beberapa babak dan disorot dengan tajam.

Meski dari segi ide yang dipakai adalah cerita yang cukup biasa karena menggabungkan unsur legenda urban setempat dengan nuansa horor, adanya pembagian babak inilah yang menarik untuk diikuti.

Setiap babak dalam Ghost Train menyoroti karakter yang mewakili satu sifat buruk manusia. Babak pertama menampilkan mahasiswa yang suka mengkritik tanpa empati. Babak kedua menampilkan siswi SMA yang terobsesi pada standar kecantikan karena rasa iri.

Di babak ketiga, penonton diajak menyelami kehidupan tunawisma yang harus memilih antara bertahan hidup atau mengorbankan orang lain demi uang.

Babak keempat memperlihatkan seorang beauty vlogger yang selalu merasa kurang dan rela menyabotase rekan kerjanya. Sementara babak kelima kembali ke Da Gyeong, yang akhirnya menyadari bahwa rasa ingin tahu bisa berubah menjadi kutukan saat tak terkendali.

Kelimanya saling berkaitan dan memperkuat narasi utama: bahwa manusia adalah sumber teror yang sesungguhnya.

 

Sinematografi Kuat

Kengerian atas sifat buruk manusia semakin terasa mencekam karena adanya kerja keras dari tim produksi untuk menyajikan sinema berkualitas. Film ini menggunakan filter warna yang memberikan sentuhan dingin dan mencekam hingga akhir.

Setiap karma yang diterima oleh tiap-tiap karakter disorot secara tajam. Semua akhir tragis disuguhkan melalui sebuah kata “tolong” yang lebih banyak diucapkan ketika manusia sedang dalam keadaan terdesak.

Tak hanya itu, walaupun lokasi cerita berkutat selalu di stasiun bawah tanah dan peron kereta, ada berbagai tempat yang tersorot kamera dibuat senyata-nyatanya sebagaimana yang sedang terjadi di Negeri Gingseng itu.

Misalnya, pada cerita kedua yang membahas soal operasi plastik. Jika penonton perhatikan secara jeli, ada banyak sekali poster-poster atau layar yang menampilkan standar kecantikan di sana.

Kulit putih, wajah kecil, bibir merah, dagu runcing, hidung mancung, rambut agak bergelombang dan lain sebagainya. Tidak hanya di jalan, gambar itu pun dipampang sebesar-besarnya hingga tempat tunggu stasiun bawah tanah.

Audio juga dapat didengarkan secara nyata dan jelas seperti decit kereta ketika mengerem, suara teriakan yang mengerikan sampai dengan gebrakan tangan di jendela kereta.

Pemilihan pemain juga disesuaikan dengan kebutuhan visual. Ditambah dengan kehadiran Bomin dari grup pria Golden Child yang banyak menunjukkan sifat manis dan baik hati sedikit membantu penonton untuk menarik nafas sejenak dari ketegangan film.

Dari film ini, penonton tentunya akan diajak untuk memahami bahwa hal yang menyeramkan tak melulu berhubungan dengan mistis.

Mungkin manusialah sosok yang paling menakutkan di muka bumi ini. Baik bagi makhluk lain ataupun sesamanya.

 

 

 

 

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Hiburan Terbaru