Selasa, 30 Desember 2025

Transisi Energi: Hashim Dorong Industri Lakukan ‘Phase Down‘ Fosil Menuju EBT


 Transisi Energi: Hashim Dorong Industri Lakukan ‘Phase Down‘ Fosil Menuju EBT Utusan Khusus Presiden RI untuk Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo dalam acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kadin Indonesia di Jakarta, Selasa (2/12/2025). ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira.

JAKARTA, ARAHKITA.COM — Utusan Khusus Presiden RI untuk Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, mendorong dunia usaha untuk ikut mengambil peran nyata dalam mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Bukan dengan menghentikan pemakaian secara drastis, tetapi melalui langkah penurunan bertahap atau phase down menuju penggunaan energi baru terbarukan (EBT) yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Dalam pernyataannya di sela Rapimnas Kadin Indonesia di Jakarta, Selasa (2/12/2025), Hashim menegaskan bahwa pemerintah tidak pernah menargetkan penghentian total pemanfaatan fosil dalam waktu dekat. Namun, arah kebijakan jelas: penggunaan fosil harus terus ditekan seiring percepatan pemanfaatan energi bersih.

Menurut Hashim, sikap Indonesia ini sejalan dengan dukungan terhadap inisiatif Tropical Forests Financing Facility (TFFF) yang digagas Brasil pada COP30 UNFCCC di Belem, awal November lalu. Indonesia bukan hanya bergabung, tetapi juga menegaskan kesiapannya berinvestasi hingga 1 miliar dolar AS, setara dengan komitmen yang diberikan Brasil.

“Ini adalah bukti keseriusan Presiden Prabowo untuk terlibat dalam pendanaan mitigasi perubahan iklim,” ujar Hashim.

Langkah tersebut juga selaras dengan arah kebijakan energi nasional, sebagaimana tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034. Dokumen ini menjadi fondasi transisi energi sekaligus peta jalan kemandirian listrik nasional. Dalam periode tersebut, pemerintah menargetkan penambahan pembangkit 69,5 gigawatt, dan 76 persen di antaranya berasal dari EBT.

Hashim menyebut bahwa untuk mengejar dominasi energi bersih tersebut, Indonesia harus membuka peluang terhadap sumber energi lain yang strategis, termasuk tenaga nuklir. Salah satunya melalui upaya eksplorasi komoditas uranium dalam negeri.

Ia mendorong anggota Kadin yang bergerak di sektor pertambangan untuk mulai melihat peluang ini. “Indonesia membutuhkan uranium. Bahkan bukan tidak mungkin ke depan kita menjadi negara pengekspor uranium. Masa depan energi sulit dilepaskan dari tenaga nuklir,” katanya dikutip Antara.

Dengan kombinasi komitmen pemerintah, keterlibatan dunia usaha, dan penguatan ekosistem EBT, Indonesia diyakini bisa mempercepat langkah menuju ketahanan energi nasional dan kontribusi nyata terhadap penanganan perubahan iklim global.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Green Economy Insight Terbaru