Selasa, 30 Desember 2025

WHO: Krisis Iklim Picu Lonjakan Kematian dan Gangguan Kesehatan Global


 WHO: Krisis Iklim Picu Lonjakan Kematian dan Gangguan Kesehatan Global WHO: Krisis Iklim Picu Lonjakan Kematian dan Gangguan Kesehatan Global. (Pixabay)

JENEWA, ARAHKITA.COM - Ketergantungan dunia terhadap bahan bakar fosil dan kegagalan beradaptasi dengan perubahan iklim telah menimbulkan dampak besar terhadap kesehatan manusia. Hal ini diungkapkan dalam laporan terbaru Lancet Countdown on Health and Climate Change 2025 yang dirilis pada Rabu (29/10) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama sejumlah lembaga riset global.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa 12 dari 20 indikator utama yang memantau ancaman kesehatan akibat krisis iklim kini mencapai rekor tertinggi. Kondisi ini menunjukkan bagaimana kelambanan dalam aksi iklim telah merenggut banyak nyawa, membebani sistem kesehatan, dan melemahkan perekonomian global.

Menurut laporan itu, angka kematian terkait panas meningkat 23 persen dibandingkan era 1990-an, dengan rata-rata mencapai 546.000 kematian per tahun. Selain itu, peristiwa cuaca ekstrem seperti banjir, kekeringan, dan gelombang panas telah menyebabkan 124 juta orang mengalami kerawanan pangan pada 2023.

Dampak ekonomi dari pemanasan global juga sangat besar. Paparan panas ekstrem pada pekerja di seluruh dunia menyebabkan penurunan produktivitas yang diperkirakan mencapai 1,09 triliun dolar AS (sekitar Rp18.100 triliun) pada 2024.

Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Promosi Kesehatan, Pencegahan Penyakit, dan Perawatan, Jeremy Farrar, menegaskan bahwa krisis iklim kini harus dipandang sebagai ancaman serius terhadap kesehatan manusia.

“Krisis iklim adalah krisis kesehatan. Setiap sepersekian derajat pemanasan mengakibatkan hilangnya nyawa dan mata pencaharian,” ujarnya dilansir Antara.

Farrar menambahkan, laporan ini menjadi peringatan bagi dunia agar segera melakukan transisi energi bersih dan memperkuat sistem kesehatan agar lebih tangguh terhadap perubahan iklim yang semakin ekstrem.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Green Economy Insight Terbaru