Selasa, 30 Desember 2025

Sekjen PBB: Umat Manusia Gagal Capai Target Iklim 1,5°C, Saatnya Ubah Arah


 Sekjen PBB: Umat Manusia Gagal Capai Target Iklim 1,5°C, Saatnya Ubah Arah Sekjen PBB) António Guterres. (Tangkapan layar Video The Guardian)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres, memperingatkan bahwa umat manusia telah gagal mencapai target pembatasan pemanasan global sebesar 1,5 derajat Celsius sesuai kesepakatan Paris. Ia menegaskan bahwa dunia harus segera mengubah arah untuk mencegah konsekuensi yang lebih menghancurkan.

Dalam wawancara eksklusif dengan The Guardian dan media independen asal Amazon, Sumaúma, menjelang Konferensi Iklim PBB COP30 di Belém, Brasil, Guterres menyebut bahwa melewati batas 1,5°C kini tidak terelakkan. Ia memperingatkan bahwa keterlambatan pengurangan emisi dapat memicu titik kritis berbahaya di Amazon, Arktik, dan lautan dunia.

“Mari kita akui kegagalan kita. Lonjakan suhu di atas 1,5°C akan memiliki konsekuensi yang menghancurkan,” ujar Guterres. “Kita harus mengubah arah untuk memastikan peningkatan suhu tetap serendah mungkin agar tidak melewati titik kritis seperti di Amazon.”

Guterres menyoroti bahwa sepuluh tahun terakhir adalah dekade terpanas dalam sejarah modern. Ia menilai komitmen negara-negara terhadap perjanjian Paris belum cukup kuat. Hingga saat ini, hanya 62 dari 197 negara yang telah menyerahkan kontribusi nasional mereka untuk pengurangan emisi, atau Nationally Determined Contributions (NDC).

Dari seluruh NDC yang telah diterima, penurunan emisi global baru mencapai 10 persen, jauh dari target 60 persen yang diperlukan agar suhu tetap di bawah 1,5°C. Menurutnya, meskipun target sementara akan terlampaui, masih ada peluang untuk menurunkan suhu kembali jika tindakan nyata diambil pada dan setelah COP30.

Ia juga menekankan perlunya memperkuat suara masyarakat sipil dan komunitas adat di konferensi iklim, agar kepentingan publik tidak tertutupi oleh kekuatan korporasi.

“Kita semua tahu apa yang diinginkan para pelobi: meningkatkan keuntungan mereka dengan harga yang dibayar oleh umat manusia,” ujarnya.

Menurut Guterres, transisi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan kini menjadi keniscayaan ekonomi. “Kita sedang menyaksikan revolusi energi terbarukan. Umat manusia tidak akan mampu memanfaatkan semua minyak dan gas yang telah ditemukan,” katanya.

Guterres juga menyoroti pentingnya inisiatif Brasil melalui Fasilitas Hutan Tropis Abadi senilai 125 miliar dolar AS untuk perlindungan hutan. Seperlima dana itu akan langsung diberikan kepada masyarakat adat, yang selama ini menjadi penjaga keanekaragaman hayati dan penyerap karbon terbaik.

Ia menekankan bahwa masyarakat adat harus dilibatkan secara aktif dalam proses kebijakan iklim global. “Mereka adalah penjaga alam terbaik,” kata Guterres.

“Para pemimpin dunia harus belajar dari kearifan masyarakat adat tentang bagaimana hidup selaras dengan alam.”

Menjelang akhir masa jabatannya tahun depan, Guterres menegaskan tidak akan menyerah pada perjuangan iklim. “Saya akan terus berkomitmen terhadap aksi iklim, keanekaragaman hayati, dan perlindungan alam. Kita harus melindungi harta paling berharga yang kita miliki,” ujarnya.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Green Economy Insight Terbaru