Selasa, 30 Desember 2025

Kadin Dorong Swasta Rebut Peluang Dekarbonisasi Global Senilai Rp61.000 Triliun


 Kadin Dorong Swasta Rebut Peluang Dekarbonisasi Global Senilai Rp61.000 Triliun Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Novyan Bakrie menyampaikan pidato dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025, di Jakarta, Jumat (10/10/2025). ANTARA/Aji Cakti

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, mendorong sektor swasta untuk mengambil peran besar dalam agenda dekarbonisasi nasional. Menurutnya, Indonesia memiliki peluang ekonomi hijau senilai 3,8 triliun dolar AS atau sekitar Rp61.000 triliun, yang bisa diraih dengan memimpin di empat area strategis: iklim, permodalan, pasar karbon, dan keterampilan tenaga kerja.

“Untuk merebut peluang dekarbonisasi global, sektor swasta Indonesia harus berani memimpin di empat bidang penting,” ujar Anindya dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 di Jakarta, Jumat (10/10/2025).

1. Iklim: Mendorong Inovasi dan Pasar Hijau

Anindya menjelaskan, target Net Zero Emission (NZE) tidak hanya bisa dicapai melalui pengurangan emisi semata, tetapi juga lewat inovasi, investasi, serta penciptaan pasar baru yang berorientasi hijau. Pendekatan ini dinilai lebih berkelanjutan dan mampu membuka peluang bisnis baru di berbagai sektor.

2. Permodalan: Mengalirkan Investasi ke Energi Bersih

Ia menekankan pentingnya mobilisasi pembiayaan ke sektor-sektor prioritas seperti energi terbarukan, mineral kritis, pengolahan sampah menjadi energi, dan penguatan jaringan listrik nasional.

Menurutnya, sinergi Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) menjadi kunci untuk mengurangi risiko dan mempercepat investasi hijau.

3. Pasar Karbon: Indonesia Menuju Pemimpin Global

Dalam bidang pasar karbon, Anindya menyebut Indonesia memiliki potensi besar menjadi pusat kredit karbon berbasis alam di dunia.

Kadin bersama ASEAN Alliance on Carbon Markets (AACM), kata dia, berkomitmen memastikan integritas dan transparansi dalam perdagangan kredit karbon, sehingga dapat memperkuat posisi Indonesia di pasar internasional.

4. Keterampilan: Membangun Tenaga Kerja Hijau

Anindya juga menyoroti pentingnya menyiapkan SDM yang kompeten di bidang ekonomi hijau. Transisi menuju dekarbonisasi, ujarnya, akan menciptakan banyak lapangan kerja baru. Namun, manfaat itu hanya dapat dirasakan jika dunia usaha mulai berinvestasi pada pelatihan, peningkatan keterampilan, dan jalur talenta industri hijau sejak sekarang.

“Peta jalannya sudah jelas. Tantangannya kini adalah bagaimana kita mengeksekusi dan memastikan setiap peluang hijau benar-benar termanfaatkan,” tegas Anindya dikutip Antara.

Masa Depan Ekonomi Hijau Indonesia

Lebih lanjut, Anindya menilai bahwa pertumbuhan hijau bukan sekadar pencapaian target iklim, tetapi juga strategi untuk menjamin masa depan ekonomi Indonesia agar tetap kuat, berkelanjutan, dan inklusif.

Sementara itu, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani, menyebut pelaksanaan ISF 2025 menjadi wujud nyata komitmen Indonesia mencapai Net Zero Emission pada 2060.

Komitmen ini juga ditegaskan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat.

ISF sendiri merupakan forum internasional yang mempertemukan pelaku usaha, investor, dan pemangku kepentingan global untuk mengembangkan proyek transformasional berkelanjutan di Indonesia dan kawasan.

Peluang besar dekarbonisasi tidak hanya menjadi agenda lingkungan, tetapi juga strategi bisnis masa depan. Dengan kolaborasi pemerintah, swasta, dan lembaga internasional, Indonesia berpotensi menjadi kekuatan utama dalam ekonomi hijau dunia.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Green Economy Insight Terbaru