Loading
Paus Leo XIV menyampaikan dalam pertemuan tersebut bahwa warga negara perlu memberikan tekanan lebih besar kepada politisi terkait perubahan iklim, di kediaman musim panasnya, Castel Gandolfo, Roma, Italia (Getty Images/bbc.com)
ROMA, ITALIA, ARAHKITA.COM — Paus Leo XIV mengecam keras pihak-pihak yang masih menolak kenyataan perubahan iklim dan menuding mereka “mengejek tanda-tanda yang semakin nyata” dari krisis lingkungan global. Pernyataan tegas itu disampaikan dalam pidato besarnya di konferensi Raising Hope yang digelar di Castel Gandolfo, dekat Roma, yang berlangsung 1-3 Oktober 2025 lalu.
Dalam pidatonya, Paus yang baru terpilih pada Mei lalu itu menegaskan bahwa tidak ada ruang bagi ketidakpedulian maupun sikap pasrah terhadap krisis iklim yang kini memengaruhi kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Ia menekankan pentingnya keterlibatan warga dalam menekan para pengambil kebijakan agar bertindak lebih serius menghadapi ancaman pemanasan global.
“Beberapa orang memilih mencemooh tanda-tanda perubahan iklim yang semakin nyata, bahkan menyalahkan kaum miskin atas dampak yang paling mereka rasakan,” ujar Paus Leo XIV di hadapan peserta konferensi.
Paus Leo XIV, yang merupakan Paus pertama kelahiran Amerika Serikat, juga mengingatkan bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga bumi. Ia menegaskan, suatu hari manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas cara mereka memperlakukan ciptaan Tuhan.
“Tuhan akan bertanya kepada kita: apakah kita telah mengelola dan merawat dunia demi kebaikan semua orang dan generasi mendatang?” katanya.
Pidato ini dianggap sebagai sikap resmi pertama Paus Leo XIV terkait isu lingkungan sejak ia menggantikan Paus Fransiskus. Paus Fransiskus sebelumnya menulis ensiklik Laudato Si’ pada 2015, sebuah dokumen penting yang menempatkan krisis iklim sebagai bagian utama dari perhatian Gereja Katolik. Dokumen itu turut memengaruhi tercapainya Paris Agreement tahun yang sama.
Pernyataan Paus Leo XIV muncul di tengah meningkatnya ketegangan politik global terkait kebijakan iklim. Dua pekan sebelumnya, Presiden AS Donald Trump kembali menyebut perubahan iklim sebagai “penipuan terbesar di dunia” dalam sidang Majelis Umum PBB di New York. Pandangan itu memperlebar jurang perbedaan antara Trump dan Paus Leo, yang sebelumnya juga berselisih pandang terkait isu migrasi dan keamanan nasional.
Baca juga:
Topan Super Ragasa Terjang Taiwan dan Hong Kong: Belasan Korban Jiwa, China Selatan Siaga PenuhPaus Leo XIV juga menekankan bahwa warga dunia perlu meningkatkan tekanan terhadap politisi agar mengambil langkah nyata. “Hanya dengan partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan politik, kerusakan lingkungan bisa dikurangi,” ujarnya dikutip dari laman bbc.com
Konferensi Raising Hope digelar untuk menandai satu dekade sejak terbitnya Laudato Si’. Acara ini juga menjadi momentum menjelang pelaksanaan KTT Iklim COP30 yang akan berlangsung di Belém, Brasil, bulan depan. Menteri Lingkungan Hidup Brasil Marina Silva bahkan mengundang Paus untuk hadir dalam konferensi tersebut atas nama Presiden Luiz Inácio Lula da Silva.
“Saya yakin kehadiran Yang Mulia akan memberikan kontribusi penting agar COP30 tercatat sebagai momen besar bagi implementasi aksi iklim dunia,” ujar Marina Silva.
Selain Paus Leo XIV, konferensi juga menghadirkan mantan Gubernur California Arnold Schwarzenegger, yang memuji komitmen Paus sebagai “pahlawan aksi dunia nyata” setelah Vatikan berkomitmen memasang panel surya di seluruh gedungnya.
Konteks Ekonomi HijauSikap Paus Leo XIV memperkuat kembali hubungan antara iman, moral, dan tanggung jawab terhadap bumi, sejalan dengan prinsip ekonomi hijau (green economy) yang menekankan keberlanjutan ekologi, keadilan sosial, dan kesejahteraan bersama. Seruannya agar masyarakat menekan pemimpin politik menunjukkan bahwa transisi menuju ekonomi rendah karbon tidak hanya bergantung pada kebijakan, tetapi juga pada kesadaran kolektif umat manusia untuk menjaga keseimbangan bumi.