Loading
Bertani di lereng Himalaya tidak bisa dilakukan sendirian. Saluran air harus dijaga bersama. Terasering harus diperbaiki kolektif. (Tangkapan Layar)
GLOBAL HARMONY | CULTURE CONNECT
DI KAKI Pegunungan Himalaya, desa-desa kecil di Bhutan hidup dengan ritme yang berbeda dari dunia modern. Tidak tergesa. Tidak individualistis. Di sana, kebersamaan bukan slogan—melainkan cara hidup.
Ketika satu keluarga membangun rumah, seluruh desa datang membantu. Saat ladang harus ditanami atau panen tiba, tangan-tangan bekerja bersama tanpa menunggu imbalan. Tradisi gotong royong ini telah mengakar ratusan tahun, menjadi fondasi harmoni sosial di negeri yang dikenal dengan filosofi Gross National Happiness.
Kerja Bersama sebagai Warisan Budaya
Bagi masyarakat desa Bhutan, kerja kolektif bukan kewajiban yang dipaksakan, melainkan bagian dari etika hidup. Sejak kecil, anak-anak melihat orang tua mereka membantu tetangga—membangun rumah, memperbaiki irigasi, membersihkan jalur desa, hingga menyiapkan upacara adat.
Tradisi ini dikenal dengan berbagai sebutan lokal, namun esensinya sama: komunitas hadir lebih dulu daripada individu. Tidak ada daftar upah. Tidak ada kontrak. Yang ada adalah kesadaran bahwa hari ini membantu orang lain berarti esok akan dibantu ketika membutuhkan.
Dari Ladang hingga Rumah: Gotong Royong dalam Kehidupan Sehari-hari
Di wilayah pedesaan Bhutan, lanskap curam dan iklim pegunungan menuntut kerja sama. Bertani di lereng Himalaya tidak bisa dilakukan sendirian. Saluran air harus dijaga bersama. Terasering harus diperbaiki kolektif.
Gotong royong juga hadir dalam momen penting kehidupan:
Dalam setiap aktivitas itu, hubungan sosial diperkuat. Konflik jarang dibiarkan berlarut karena semua orang sadar: hidup berdampingan membutuhkan saling percaya.
Harmoni Sosial di Tengah Alam Himalaya
Lingkungan alam Bhutan yang keras justru melahirkan solidaritas yang lembut. Masyarakat memahami bahwa bertahan hidup di pegunungan bukan soal siapa yang paling kuat, tetapi siapa yang paling mau berbagi.
Nilai ini juga tercermin dalam cara mereka memperlakukan alam. Gotong royong tidak hanya antar manusia, tetapi juga antara manusia dan lingkungan. Hutan dijaga bersama. Air diperlakukan sebagai sumber kehidupan bersama, bukan milik individu.
Kebersamaan menjadi strategi bertahan hidup—dan sekaligus jalan menuju kedamaian sosial.
Mengapa Tradisi Ini Relevan bagi Dunia Modern
Di era globalisasi yang serba cepat, banyak masyarakat menghadapi krisis kepercayaan, keterasingan sosial, dan individualisme ekstrem. Tradisi gotong royong Bhutan menawarkan cermin: bahwa kemajuan tidak harus mengorbankan kebersamaan.
Model sosial ini mengajarkan bahwa:
Bagi dunia yang semakin terfragmentasi, praktik sederhana dari desa-desa Himalaya ini menghadirkan pelajaran universal.
Ketika Nilai Lokal Menjadi Pesan Global
Tradisi gotong royong Bhutan membuktikan bahwa budaya lokal mampu menjawab tantangan global. Ia menyeberangi batas negara, agama, dan sistem politik—berbicara dalam bahasa yang dipahami semua orang: kebersamaan.
Di Global Harmony | Culture Connect, kisah ini menjadi pengingat bahwa perdamaian tidak selalu lahir dari meja perundingan, tetapi sering tumbuh dari ladang, rumah, dan desa-desa kecil yang memilih untuk saling menjaga.
Karena pada akhirnya, dunia yang harmonis dibangun bukan oleh mereka yang berdiri paling tinggi—melainkan oleh mereka yang berdiri bersama.