Loading
Paus Leo XIV menyapa para peserta Yubileum Diplomasi ItaliaPaus Leo XIV menyapa para peserta Yubileum Diplomasi Italia (@Media Vatikan)
GLOBAL HARMONY | INTER FIDEI
VATICAN CITY, ARAHKITA.COM - Dalam sebuah pesan kuat yang bergema di tengah ketegangan dunia, Paus Leo XIV menegaskan kembali bahwa perdamaian adalah sebuah kewajiban mendasar yang menyatukan seluruh umat manusia. Pernyataan ini disampaikan saat beliau berbicara di hadapan para diplomat Italia dalam Perayaan Ziarah Yubileum Diplomasi Italia di Kota Vatikan.
Bukan sekadar keinginan, menurut Paus, perdamaian adalah kebaikan abadi yang harus menjadi tujuan pencarian keadilan bersama. Beliau mengutip kembali seruan ikonis dari Paus Paulus VI enam puluh tahun lalu di PBB: “Tidak ada lagi perang, perang tidak akan pernah lagi!”
Harapan: Nama Lain dari Kehendak yang Berjuang
Dalam pidatonya, Paus Leo menyoroti salah satu kebajikan yang paling vital dalam pekerjaan diplomatik: Harapan.
Baca juga:
Seruan Paus Leo XIV: Perdamaian Bukan Pilihan, tapi Kewajiban Global yang Mengikat Umat ManusiaPaus mendefinisikan harapan sebagai "nama yang disandang oleh kehendak ketika ia dengan teguh berjuang untuk kebaikan dan keadilan yang dirasanya kurang." Harapan, dalam konteks ini, bukanlah sikap pasif, melainkan sebuah daya juang.
Beliau menekankan, hanya mereka yang benar-benar memiliki harapanlah yang akan terus mencari dan mendukung dialog antar pihak, bahkan di tengah kesulitan dan ketegangan yang paling rumit. Harapan inilah yang memungkinkan diplomat untuk percaya pada pemahaman bersama dan solusi damai.
Diplomasi Sejati: Jauh dari Perhitungan Egois
Paus Leo XIV dengan tegas membedakan antara diplomasi sejati dengan praktik perhitungan yang mementingkan diri sendiri atau upaya mencapai keseimbangan kekuasaan semu yang hanya menyembunyikan perbedaan.
Menurut Bapa Suci, ciri khas diplomasi yang otentik adalah kemampuannya untuk mencapai kesepakatan yang tulus—bukan sekadar kompromi taktis. Untuk mencapai ini, Paus mengajak para diplomat untuk meneladani Yesus sebagai model rekonsiliasi dan perdamaian yang bersinar sebagai harapan bagi semua bangsa. Mediasi spiritual antara Tuhan dan umat manusia ini mengajarkan kita untuk mengalami hubungan mendasar dari keberadaan kita melalui dialog.
Menjadi Pembawa Damai yang Jujur
Kunci lain yang ditekankan Paus adalah kejujuran dalam dialog. Kejujuran ini mencakup dua dimensi penting: menepati janji, dan memastikan bahwa setiap tindakan konsisten dengan kata-kata yang diucapkan dilansir dari laman Vatican News.
Ini berarti mendidik bahasa di sekolah mendengarkan dan berdialog. Paus menyimpulkan, "Menjadi orang Kristen sejati dan warga negara yang jujur berarti memiliki kosakata yang mampu mengungkapkan hal-hal sebagaimana adanya, tanpa kemunafikan, dan menumbuhkan keharmonisan antar bangsa.”
Mengakhiri pesannya, Paus Leo menyerukan kepada para diplomat untuk menjadi pria dan wanita yang gemar berdialog, bijaksana dalam membaca tanda-tanda zaman sesuai dengan kode humanisme Kristen yang berakar kuat pada budaya Italia dan Eropa. Pesan ini relevan bagi setiap pribadi yang berkomitmen pada perdamaian, melintasi batas negara dan keyakinan.