Rabu, 31 Desember 2025

Lebanon Menyambut ‘Baba Lawun‘: Panggilan untuk Damai, Harapan, dan Rekonsiliasi


 Lebanon Menyambut ‘Baba Lawun‘: Panggilan untuk Damai, Harapan, dan Rekonsiliasi Paus Leo tiba di Beirut (@Vatican Media)

GLOBAL HARMONY | INTER FIDEI

BEIRUT, ARAHKITA.COM — Beirut kembali bergema penuh sukacita saat Paus Leo XIV, yang akrab dipanggil Baba Lawun oleh umat Arab, tiba dalam rangkaian Perjalanan Apostolik pertamanya. Setelah lebih dari tiga belas tahun, Lebanon kembali menerima seorang Paus—di tengah situasi sosial dan ekonomi yang mungkin paling berat dalam sejarah negeri itu. Bukan sekadar kunjungan kenegaraan, namun sapaan spiritual yang membuka ruang baru bagi dialog lintas iman dan penyembuhan kolektif.

Beirut menjadi destinasi kedua kunjungan Paus setelah Turki. Jika Istanbul menjadi panggung dialog ekumenis, maka Lebanon memegang makna lebih mendalam: perdamaian yang diharapkan tumbuh di tengah luka yang panjang. Motto resmi kunjungan ini—“Berbahagialah para pembawa damai”—bukan hanya deklarasi, tetapi seperti doa yang dipanjatkan bagi tanah yang telah lama menahan beban kesulitan.

Krisis yang Menguji Persaudaraan Lebanon

Kenyataan di lapangan menghadirkan tantangan yang tak ringan. Krisis ekonomi berkepanjangan membuat nilai mata uang anjlok, inflasi menekan harga kebutuhan pokok, sementara listrik, bahan bakar, hingga obat-obatan sering kali sulit ditemukan. Kondisi ini diperparah oleh kehadiran sekitar dua juta pengungsi dari Suriah dan Palestina—jumlah besar yang hampir setara sepertiga populasi Lebanon.

Kehidupan sehari-hari berlangsung dalam ketidakpastian, dan negara berjuang memenuhi kebutuhan dasar warga. Di tengah kerapuhan ini, lembaga keagamaan—khususnya Gereja Katolik dan komunitas Maronit—menjadi penopang sosial. Sekolah, rumah sakit, hingga dapur umum tetap berfungsi, bukan karena kelapangan dana, tetapi karena tekad untuk melayani.

Kedatangan Paus menjadi simbol bahwa dunia belum berpaling. Ada harapan bagi sebuah bangsa yang tengah bertahan.

Suara Moral yang Mengajak untuk Bangkit

Patriark Maronit, Kardinal Bechara Boutros Rai, menyampaikan bahwa kehadiran Baba Lawun bukan hanya untuk memberi salam, tetapi membawa seruan moral bagi perubahan dan rekonsiliasi.

“Kami tidak ingin kunjungan ini berlalu seperti perayaan yang tak berbekas. Ini adalah panggilan untuk membuka lembaran baru—lembar damai, lembar harapan,” ungkapnya dilansir dari Vatican News.

Seruan ini menggantikan kepasrahan dengan refleksi. Lebanon diminta tidak hanya menyambut, tetapi mengolah makna kehadiran Paus menjadi bahan bakar bagi pemulihan sosial.

Di hari pertama, Paus Leo XIV menjalani rangkaian pertemuan resmi dengan para pemimpin politik Lebanon. Beliau disambut Presiden Joseph Aoun—yang menurut konstitusi harus berasal dari komunitas Maronit—sebelum bertemu Ketua Parlemen Nabih Berri yang mewakili Syiah, serta Perdana Menteri Nawaf Salam dari garis Sunni.

Pertemuan ini bukan formalitas protokoler semata. Ketiganya adalah poros utama yang menjaga keseimbangan identitas politik–agama Lebanon selama puluhan tahun. Kehadiran Paus, yang menyentuh ketiga pilar ini secara langsung, memberi pesan kuat: perdamaian tidak berdiri di satu sisi, tetapi memerlukan keberanian untuk bertemu di tengah.

Malam harinya, Paus dijadwalkan bertemu masyarakat sipil, otoritas nasional, serta korps diplomatik. Pidato publik pertamanya di tanah Lebanon akan menjadi momen yang dinanti, bukan hanya oleh umat Katolik, tetapi oleh dunia yang menunggu arah dari simbol spiritual global.

Menyusun Masa Depan Bersama

Lebanon adalah mosaik peradaban: Kristen, Islam, pengungsi, diaspora, dan mereka yang bertahan dari perang saudara. Kunjungan Baba Lawun menyapa semua, tanpa syarat. Perdamaian tidak berarti lupa, tetapi berani menyusun masa depan yang lebih adil dan manusiawi.

Kini sebuah pertanyaan mengemuka: Akankah kunjungan ini menjadi awal pembaruan bagi Lebanon?

Sulit menjawabnya dengan pasti, namun hari ini negeri itu memiliki sesuatu yang mungkin sudah lama hilang—secercah harapan. Dan kadang, itu cukup untuk mulai bergerak.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Global Harmony Terbaru