Selasa, 30 Desember 2025

World Peace Forum 2025: Jusuf Kalla dan Din Syamsuddin Serukan Spirit Damai dari Jakarta untuk Dunia


 World Peace Forum 2025: Jusuf Kalla dan Din Syamsuddin Serukan Spirit Damai dari Jakarta untuk Dunia Wakil Presiden RI ke-10 dan 12, Jusuf Kalla (JK) dan Chairman CDCC Centre for Dialogue and Cooperation Among Civilization (CDCC), Din Syamsuddin (IDN Times/Istimewa)

GLOBAL HARMONY | INTER FIDEI

JAKARTA, ARAHKITA.COM -  Tidak ada manusia yang ingin hidup dalam peperangan. Pesan sederhana namun kuat itu disampaikan oleh Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK), saat membuka World Peace Forum (WPF) ke-9 di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (10/11/2025).

“Semua orang ingin hidup damai. Tidak ada orang yang berpikir untuk menjadi korban perang,” tegas JK di hadapan tokoh-tokoh lintas negara, agama, dan budaya.Sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), JK menegaskan bahwa nilai perdamaian sesungguhnya sudah melekat dalam setiap ajaran Islam. “Kita setiap hari mengucap salam —Assalamu’alaikum— yang berarti damai. Dalam salat pun kita menutupnya dengan doa untuk kedamaian. Itu menunjukkan bahwa inti kehidupan manusia adalah kedamaian,” ujarnya.

Indonesia di Garis Depan Diplomasi Damai

JK menilai, penyelenggaraan forum internasional di Jakarta adalah bukti nyata bahwa Indonesia berada di garis depan memperjuangkan perdamaian dunia. “Pelaksanaan forum ini menjadi simbol bahwa Indonesia memelopori diplomasi damai. Presiden Prabowo pun telah menunjukkan hal serupa di PBB,” tambahnya.

Forum dua tahunan ini digelar oleh Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) yang dipimpin oleh Prof. Din Syamsuddin. Sejak pertama kali digelar tahun 2006, WPF telah menjadi ruang perjumpaan lintas iman dan budaya paling konsisten di Asia.

Gerakan Moral Para Peacemakers Dunia

Dalam kesempatan yang sama, Prof. Din Syamsuddin menegaskan bahwa World Peace Forum bukan sekadar forum akademik, melainkan gerakan moral global. “Kami bukan pemerintah, tapi kami bergerak di tataran moral—menyebarkan ide-ide tentang pentingnya perdamaian dan kemanusiaan,” ujarnya.

Mengusung tema “One Humanity, One Destiny, One Responsibility” (Satu Kemanusiaan, Satu Tujuan, Satu Tanggung Jawab), forum ini menyoroti pentingnya “jalan tengah” atau the middle path dalam menghadapi ekstremitas global.

Din menjelaskan, konsep jalan tengah ini berakar dari berbagai tradisi. “Dari Islam, kita mengenal Wasathiyyatul Islam — ajaran moderasi, keseimbangan, dan keadilan. Dari kebudayaan Tionghoa, kita mengenal Zhong Yong — harmoni dan kebajikan. Dua nilai ini bertemu dalam semangat kolaborasi dan kesejahteraan bersama,” jelasnya.

Diplomasi Budaya dan Peran Indonesia

Forum tahun ini dihadiri oleh tokoh dunia seperti Presiden Timor Leste José Ramos-Horta, mantan Presiden Kosovo Atifete Jahjaga, perwakilan Al-Azhar University Mesir, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan Religions for Peace Asia.

Lebih dari 30 delegasi negara memberikan apresiasi terhadap model diplomasi budaya Indonesia yang menempatkan perdamaian sebagai panggilan moral, bukan agenda politik.

Perwakilan Iran, Hujjat-ul-Islām Hamid Shahriari, menyebut forum ini sebagai wadah penting yang mempertemukan rasionalitas Islam dengan kearifan Timur — membuka jalan bagi kolaborasi global yang berakar pada nilai spiritual dan kemanusiaan.

Kehadiran para pemimpin dunia di Jakarta menunjukkan bahwa Indonesia semakin diakui sebagai jembatan antarperadaban, berkat kombinasi nilai-nilai Islam moderat, demokrasi, dan kebijaksanaan Asia.

Perdamaian Sebagai Jiwa Kemanusiaan

Dalam penutup pidatonya, JK menegaskan kembali bahwa perdamaian bukan agenda politik, melainkan jiwa kemanusiaan yang universal.

“Forum ini mengingatkan kita bahwa peradaban sejati hanya bisa berdiri di atas kedamaian,” ujarnya dikutip dari Mi’raj News Agency (MINA)

Forum Perdamaian Dunia menjadi momentum penting untuk menegaskan kembali identitas Indonesia sebagai rumah bagi dialog lintas iman dan pusat diplomasi moral dunia.

Dari Jakarta, pesan damai kembali dikirim untuk seluruh umat manusia: “One Humanity, One Destiny, One Responsibility.”

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Global Harmony Terbaru