Loading
Steering Committee World Peace Forum (WPF) ke-9 Syafiq A. Mughni memberikan keterangan dalam konferensi pers WPF bertajuk Mempertimbangkan Wasatiyyat Islam dan Tionghoa untuk Kolaborasi Global di Jakarta, Kamis (5/11/2025). ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo
GLOBAL HARMONY | INTER FIDEI
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Kiprah Muhammadiyah dalam aksi kemanusiaan kembali mendapat sorotan dunia. Pada gelaran World Peace Forum (WPF) ke-9 yang diselenggarakan di Jakarta, 9–11 November 2025, organisasi Islam terbesar di Indonesia ini menampilkan rekam jejak panjangnya dalam membantu sesama, termasuk dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Menurut Syafiq A. Mughni, Steering Committee (SC) WPF ke-9, pengalaman Muhammadiyah dalam misi kemanusiaan global akan menjadi bagian penting dalam kegiatan sampingan forum tersebut. “Muhammadiyah sudah lama aktif di berbagai aksi kemanusiaan internasional, termasuk dukungan terhadap Palestina. Pengalaman ini penting untuk dibagikan kepada masyarakat dunia,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (6/11/2025).
Baca juga:
Utang Rp1,2 Triliun ke Muhammadiyah, BPJS Kesehatan Bantah: Besarannya di Kisaran Rp500 MiliarSalah satu fokus utama yang akan diangkat adalah kiprah Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). Lembaga penanganan bencana milik Muhammadiyah ini kini telah tersertifikasi sebagai International Emergency Medical Team (I-EMT) oleh Bureau for Humanitarian Unit (BHU). Dengan pengakuan ini, tim medis Muhammadiyah dapat diterjunkan ke berbagai negara tanpa harus menunggu izin dari lembaga internasional seperti WHO.
“Ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah diakui secara global dalam penanganan bencana,” tambah Syafiq.
Selain membahas sisi kemanusiaan, forum ini juga menjadi ajang penguatan jejaring Muhammadiyah di level internasional. Melalui Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) yang tersebar di lebih dari 30 negara, organisasi ini membangun model kerja sama moral lintas bangsa.
“PCIM berdiri secara mandiri di tiap negara, tetapi memiliki semangat dakwah dan pandangan hidup yang sama. Inilah jaringan moral global Muhammadiyah,” jelas Syafiq, yang juga mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Baca juga:
Din Syamsuddin dan Tan Sri Lee Kim Yew: Satukan Nilai Islam dan Tionghoa Demi Harmoni DuniaBagi Syafiq, kiprah Muhammadiyah di tingkat global merupakan wujud nyata Islam berkemajuan yang menekankan pada kemanusiaan universal. “Muhammadiyah tidak hanya berbicara soal teologi, tetapi juga aksi nyata yang menghadirkan manfaat bagi dunia. Inilah kontribusi Islam moderat Indonesia untuk peradaban global yang damai,” katanya dikutip Antara.
Forum yang mengusung tema “Mempertimbangkan Wasatiyyat Islam dan Tionghoa untuk Kolaborasi Global” ini diselenggarakan oleh Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) bersama Cheng Ho Multi Culture Education Trust. Lebih dari 300 tokoh lintas agama, akademisi, dan pemimpin dunia dari 24 negara dijadwalkan hadir, termasuk Menteri Kebudayaan Thailand Sabida Taisek, wakil Federasi Rusia Elmira Sadikova, Presiden ke-4 Republik Kosovo Madame Atifete Jahjaga, serta Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla.
Tak hanya itu, forum ini juga menghadirkan Panel Nobel Knowledge, dengan kehadiran dua penerima Nobel Perdamaian—Ramos-Horta dan Hindankyu dari Jepang—yang akan berbagi pandangan secara daring tentang kolaborasi lintas bangsa untuk dunia yang lebih damai.
Dengan semangat yang sama, Muhammadiyah menegaskan kembali komitmennya untuk menghadirkan Islam yang inklusif, penuh kasih, dan berorientasi pada kemanusiaan global. Melalui forum ini, pesan damai dari Indonesia diharapkan menggema hingga ke berbagai penjuru dunia.