Loading
Arsip foto - Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla selaku Ketua Dewan Masjid Indonesia memberikan keterangan usai menghadiri rapat pleno Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Kantor MUI Pusat, Jakarta, Rabu (17/7/2024). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/tom/aa.
GLOBAL HARMONY | INTER FIDEI
JAKARTA, ARAHKITA.COM — Di tengah dunia yang terus diguncang konflik dan ketegangan geopolitik, Wakil Presiden Ke-10 dan Ke-12 Republik Indonesia Jusuf Kalla (JK) menyerukan seruan moral yang kuat: beranilah menghentikan perang dan menegakkan perdamaian sejati.
“Hanya perdamaian yang bisa menunjukkan keindahan masa depan,” ujar JK dalam pidatonya pada International Meeting for Peace yang diselenggarakan oleh Komunitas Sant’Egidio di Roma, Italia, bertema “Berani Mewujudkan Perdamaian”, Senin (27/10/2025).
Baca juga:
World Peace Forum 2025: Jusuf Kalla dan Din Syamsuddin Serukan Spirit Damai dari Jakarta untuk DuniaMenurut JK, sejarah selalu membuktikan bahwa tidak ada kemenangan sejati dalam perang. “Dalam masa damai, anak-anak menguburkan ayah mereka karena sebab alami. Dalam perang, ayah menguburkan anak-anaknya karena sebab buatan manusia,” katanya menggambarkan ironi yang memilukan dari konflik bersenjata.
Akar Konflik: God, Glory, dan Gold
JK menjelaskan bahwa akar dari banyak konflik di dunia berulang pada tiga hal yang ia sebut sebagai 3G — God (agama), Glory (kemuliaan), dan Gold (kepentingan ekonomi).
Ketika ketiganya disalahgunakan, kata JK, muncullah keserakahan, fanatisme, dan supremasi yang justru menimbulkan penderitaan dan memecah persaudaraan manusia.
Dari perang Rusia–Ukraina hingga krisis kemanusiaan di Gaza, dunia seolah belum belajar dari sejarah. “Perang memecah manusia menjadi ‘kami’ dan ‘mereka’, menumbuhkan rasa curiga, dan menghancurkan harmoni kehidupan. Tidak ada yang menang dalam perang. Kemanusiaan selalu menjadi pihak yang kalah,” tegas JK.
Seruan untuk Keberanian Politik
JK menilai, perdamaian sejati hanya bisa dicapai jika para pemimpin dunia berani mengambil langkah politik yang tegas untuk menghentikan kekerasan.
Ia juga menyoroti peran Amerika Serikat dalam menentukan arah perdamaian di kawasan Timur Tengah.
“Hanya keberanian politik yang bisa menghentikan perang. Jika Amerika Serikat sungguh-sungguh mau, perdamaian bisa tercapai,” ujarnya.
Solusi Dua Negara dan Jalan Damai Palestina-Israel
Dalam isu Palestina–Israel, JK menegaskan bahwa solusi dua negara (two-state solution) masih menjadi jalan paling rasional dan manusiawi untuk mencapai perdamaian.
Ia bahkan mengisahkan pengalamannya menjalin komunikasi dengan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, dan menilai bahwa rekonsiliasi antara Hamas dan Al Fatah adalah kunci utama menuju perdamaian.
“Sebagai bangsa dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia tetap konsisten: jika Israel mengakui kemerdekaan Palestina, maka Indonesia akan mengakui Israel sebagai negara merdeka,” tegas JK dikutip dari Antara.
Perdamaian sebagai Puncak Peradaban
Bagi Jusuf Kalla, perdamaian bukan sekadar pilihan politik, melainkan inti dari peradaban manusia.
“Perang adalah kegagalan terbesar umat manusia. Hanya perdamaian yang mampu menjaga martabat dan membangun peradaban,” ujarnya menutup pidato.
Di tengah dunia yang kian terbelah oleh konflik, pesan JK mengingatkan bahwa keberanian sejati bukanlah menaklukkan musuh, tetapi menaklukkan kebencian.
Dan di sanalah, Global Harmoni menemukan maknanya.