Loading
ANTONIUS Ama Kamore merupakan putra Alor pertama yang menjadi anak asuh pemerhati Pendidikan, Fransiscus Go. Anton, begitu biasa ia dipanggil merupakan putra Alor yang berprestasi. Anak pertama dari lima bersaudara ini menjadi juara umum berturut-turut sejak kelas 1 SMA dan bercita-cita menjadi pemimpin
Prestasi membanggakan yang ia raih ternyata tak memuluskan rencananya meraih pendidikan tinggi. Ia berputus asa usai lulus SMA pada tahun 2016. Papanya sudah meninggal sejak ia kelas 2 SMP. Adapun ibunya berjuang membesarkan 5 anak sendirian. Anton tak ingin menambah beban hidupnya meski cita-citanya sudah jelas, menjadi Bupati Alor.
“Sayang banget kalau kamu dari kelas 1 sampai kelas 3, kamu juara umum terus, tapi kamu nggak kuliah. Itu sayang banget kata Pak Boni Gorangmau yang menjabat komite sekolah SMA Kristen 01 Kalabahi,” kisah Anton.
Boni Gorangmau menghubungi Fransiscus Go. Tanpa menunggu lama, pendiri Hypermart Kupang tersebut bersedia memberi beasiswa, bahkan menempatkan Anton untuk tinggal di rumahnya.
Boni Gorangmau mengantar Anton ke Jakarta. Anton memilih jurusan Akuntansi di Universitas Esa Unggul pada tahun 2017. Hidup Anton berubah. Ia belajar hidup mandiri. Ia kuliah sembari bekerja sebagai Staf Purchasing di Sayur Kendal. Dengan gaji yang ia peroleh, ia bisa mengirim uang untuk membantu mamanya di Alor. Anton tidak menyia-nyiakan kesempatan langka yang ia terima. Pemuda yang hobi menyanyi dan bermain sepakbola ini menjadi mahasiswa berprestasi saat lulus. Ia meraih IPK 3,84 pada tahun 2021.
“Cita-cita saya setelah kembali ke Alor adalah menjadi Bupati Alor. Saya ingin memajukan daerah. Saya ingin semua anak punya semangat dan memotivasi setiap anak agar bisa melanjutkan pendidikan meskipun memiliki keterbatasan ekonomi,” ucap Anton tegas.
Fransiscus Go terus mendorong Anton untuk mengembangkan potensi terbaiknya. Anton masih tinggal di Jakarta untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya untuk ditularkan ke pemuda-pemuda Alor lainnya. Anton bahkan menjadi narasumber acara Kominfo untuk kegiatan literasi digital.
Anton adalah generasi pertama penerima beasiswa dari Fransiscus Go. Dua anak lain yang berasal dari Alor adalah Jimmy dan Adri Chris Nico. Seperti halnya Anton, Adri (19 tahun) juga mendapatkan kesempatan bekerja dan membantu perekonomian keluarga. Dengan penghasilannya, anak kedua dari lima bersaudara ini juga memiliki mimpi besar.
“Setidaknya saya ingin menjadi pemimpin yang membawa perubahan,” ucap Adri.
Ia ingin mewujudkan harapan Komite Sekolah yang juga berjasa mempertemukannya dengan Fransiscus Go. Boni Gorangmau berharap ada anak-anak Alor yang bisa menjadi Menteri atau bekerja di lembaga pemerintahan pusat. Dengan demikian, anak-anak Alor yang berhasil menjadi pemimpin bisa lebih memperhatikan daerahnya.
Antonius Ama Kamore meraih Sarjan Akuntansi (S.Ak) dari Fakultas Ekonomi & Bisnis pada tahun 2021. Karena pandemi COVID-19, baru diwisuda Oktober 2022. (Foto: Istimewa)
Tidak hanya Alor, beasiswa yang diberikan Fransiscus Go terbuka untuk semua siswa berprestasi dari seluruh Indonesia. Fransiscus Go dengan ringan tangan terus membantu pendidikan mahasiswa berprestasi dari berbagai daerah di Indonesia. Ia yakin, pendidikan akan mengubah nasib seseorang juga orang-orang di sekitarnya.
Pengusaha asal NTT ini terus memotivasi putra-putri terbaik NTT untuk melanjutkan kuliah di Pulau Jawa. Bahkan, Fransiscus Go telah memberikan beasiswa lebih dari 200 mahasiswa di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Salah satu kendala pendidikan di NTT adalah antara sekolah dan tempat tinggal anak-anak sangat jauh. Orang tua hanya memiliki dua pilihan menambah biaya untuk transportasi setiap hari atau mengirim anak-anak untuk kos di kota lain. Tentu kedua pilihan itu sama sulitnya bagi masyarakat NTT yang ekonominya belum memadai.
“Jika jarak sekolah jauh dari tempat tinggal anak-anak, ada 3 metode yang bisa diterapkan. Bangun sekolah dengan fasilitas asrama, cari orang tua asuh, atau kirim siswa berprestasi ke Jawa untuk kuliah,” jelas Fransiscus Go.
Tidak sulit untuk mencari orang tua asuh. Banyak orang yang bersedia menjadi orang tua asuh. Setiap bertemu dengan orang NTT atau berkunjung ke sekolah-sekolah, ia terus mencari siswa berprestasi yang berkeinginan melanjutkan pendidikan tinggi.
“Kamu semuanya anak SMK kelas 3, ada yang memilih Atma Jaya Yogyakarta, saya kasih beasiswa,” ucap Fransiscus Go ke siswa SMK Kasimo di Sumba Barat Daya.
Antonius Ama Kamore bersama Bapa Kecil (adik dari almarhum Papa Anton), Bapa Gotlif Kamore dan ibu kandungnyaTheresia Palang foto bersama usai wisuda. (Foto: Istimewa).
Anton telah membuktikan, pendidikan berkualitas yang ia terima di Jakarta semakin melesatkan talentanya. Ia mampu bersaing dan menjadi mahasiswa unggul asal NTT. Jika semua anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan berkualitas tentunya semakin banyak pemimpin berkualitas pada masa depan. Mari berkontribusi dalam memeratakan dan memberikan kesempatan pendidikan seluas-luasnya ke seluruh masyarakat Indonesia. Mari katong baku jaga!