Loading
Calon Wakil Gubernur NTT Emelia J Nomleni. (Timor Raya)
KUPANG, ARAHKITA.COM - Calon Wakil Gubernur NTT Emelia J Nomleni bukanlah politikus kemarin sore. Politikus perempuan PDI Perjuangan ini pernah menjabat anggota DPRD Provinsi NTT selama dua periode, 2004-2009 dan 2009-2014.
Selama 10 tahun duduk di kursi Dewan, Mama Emi, demikian ia disapa, juga bukanlah politikus "figuran" sebagaimana stigma yang ditujukan kepada banyak politikus perempuan. Buktinya, dia pernah menjabat ketua Komisi B DPRD NTT pada periode pertamanya.
Dari 16 anggota Komisi B, Emelia adalah satu-satunya perempuan. Namun dia mampu mengalahkan 15 laki-laki untuk merebut kursi ketua Komisi" kata Vincentius Pata, rekan Mama Emi sesama legislator, Minggu (22/4/2018).
Pata mengungkapkan alasan kenapa dia dan politilus laki-laki lain di Komisi B, meski melalui voting, akhirnya mereka sepakat memilih Mama Emi.
"Memilih seorang ketua atau pemimpin itu tidak dilihat dari sisi perempuan atau laki-laki. Tapi lebih pada kemampuan memimpin. Dan Emelia memiliki kemampuan dalam memimpin," kata Pata.
Pata mengaku mengenal baik sosok Mama Emi. Menurutnya, Mama Emi terpilih karena dia juga mampu berkomunikasi secara baik dengan semua pihak.
Yang lebih penting lagi orang yang membutuhkan pemimpin yang bisa mendamaikan semua orang. Emelia bersahabat dengan semua orang. Sifatnya tenang dan bersahaja.
Dia mengakui, sebenarnya banyak orang intelek yang bisa memegang posisi ketua dalam sebuah komisi. Namun dalam pemilihan ketua komisi, tentu tidak hanya sisi kepintaran saja yang dinilai.
"Banyak orang intelek, namun tidak memiliki sifat pemimpin. Banyak orang pintar, namun tidak bisa membangun sebuah komunikasi yang baik dengan orang lain. Dan Emelia adalah sosok yang bisa menggabungkan sifat-sifat itu: intelek dan mampu bekerja sama dengan semua orang," katanya.
Secara prinsip, dalam proses pemilihan ketua komisi, hal terpenting adalah bisa bekerja sama dengan orang lain, dan bisa diterima semua pihak. Itu yang dinilai," tambahnya.
Mama Emi tidak akan mampu memegang sebuah jabatan, lanjut Pata, jika tidak ada sifat konsisten dalam dirinya.
"Saya menyukainya, karena dia orang yang selalu konsisten dan teguh memegang prinsip. Selain itu, dalam dunia kerja, dia memberikan suasana yang nyaman bagi semua orang," ujarnya.
Sifat pemberi nyaman ini, kata Pata, yang membuat Mama Emi terpilih menjadi ketua komisi waktu itu.
Semua orang butuh kenyamanan dalam bekerja. Dan Emellia selalu mewujudkan suasana itu dalam dunia kerja. Semua orang menyukainya," pungkasnya.
Bangga Sosok Emi Kisah tentang Mama Emi membuat sejumlah orang terkagum-kagum dengan dirinya. Pasalnya Mama Emi adalah seorang wanita pertama yang mampu mendobrak sistem perpolitikan di NTT dan berhasil maju dalam perpolitikan di provinsi berbasis kepulauan itu.
Seorang wanita tua berusia sekitar 72 tahun bernama Quinta Nenometa, seorang kepala desa di Desa Sanbet, Kecamatan Toianas, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) pada 1979-1982 mengaku bangga dengan sosok wanita bernama Emi itu.
"Emelia telah mencatat sejarah sebagai perempuan NTT pertama yang maju dalam kontestasi politik tingkat provinsi," ujarnya.
Sebagai kaum perempuan, ia mengaku sangat bangga karena majunya Mama Emi membuktikan bahwa perempuan NTT itu hebat dan sederajat dengan kaum laki-laki.
Quinta pun menceritakan pengalamannya saat menjadi kepala desa pada era 80-an dimana saat menjadi kepala desa bagi kaum perempuan NTT tidaklah mudah. Apalagi jika itu terjadi pada masa Orde Baru.
"Selain demokrasi lagi mati suri, budaya NTT zaman itu juga masih menganggap perempuan sebagai kaum terbelakang," ceritanya.
Mama Quinta bercerita, saat menjabat menjadi kepala desa, dia mendapat tunjangan Rp. 2.500 per bulan.
"Tunjangan hanya sedikit. Subsidi cuma Rp75.000 buat bangun desa. Tetapi saya bersyukur bisa dipercaya sebagai kepala desa," katanya.
Sementara Mama Emi mengaku sosok Mama Quinta sangat menginspirasi dirinya dan membuatnya semakin percaya diri dalam pencalonannya sebagai Wakil Gubernur NTT 2018-2023.
"Ini bukti bahwa perempuan itu tidak boleh dipandang sebelah mata. Perempuan hadir bukan mau merebut tempat laki-laki tetapi kehadiran perempuan sebagai penolong bagi laki-laki,"kata Mama Emi.
Iapun mengaku akan terus berjuang sampai puncak, walaupun pasangannya Marianus Sae saat ini ditahan oleh KPK karena diduga terlibat kasus Korupsi.
Penangkapan terhadap Marianus Sae dilakukan di Surabaya menjelang H-1 penetapan kandidat calon gubernur dan wakil gubernur NTT oleh KPU provinsi setempat.
Saatnya Perempuan Kehadiran Emelia Julia Nomleni memberikan nuansa baru dalam dunia perpolitikan di provinsi berbasis kepulauan itu.
Mengapa tidak, Emelia yang adalah Ketua Gerakan Angkatan Muda Kristen (GAMKI) itu menjadi satu-satunya wanita dalam Pilgub 2018.
"Sudah saatnya kaum perempuan memimpin NTT ini. Sudah bertahun-tahun NTT dipimpin oleh kaum pria, oleh karena itu sudah selayaknya kita dipimpin seorang ibu," ujar Dion seorang pedagang di Kota Kupang.
Ia sendiri mengagumi Mama Emi karena dalam debat kandidiat pertama pada 5 April lalu, karena begitu percaya diri saat memaparkan programnya ketika melawan pasangan lainnya yang semuanya adalah kaum pria.
Tak hanya itu, kemunculan Emelia, menggugah hati dan nurani masyarakat NTT, khususnya kaum wanita yang terbilang sangat banyak.
Ia pun berharap Pilkada 2018 ini berjalan dengan baik dan lancar dan tak ada kecurangan dalam penhitungan suara.
|Pumpunan Antara|