Kamis, 07 Agustus 2025

Unik dan Ekstrim! Simbol Kesetiaan, Suku Ini Miliki Tradisi Potong Jari


 Unik dan Ekstrim! Simbol Kesetiaan, Suku Ini Miliki Tradisi Potong Jari Tradisi potong jari ini hanya bisa ditemukan pada Suku Dani. Bagi mereka, keluarga adalah segala-galanya.(National Geographic Indonesia)

BANYAK cara menunjukkan kesedihan dan rasa dukacita ditinggalkan anggota keluarga yang meninggal dunia. Butuh waktu lama untuk mengembalikan kembali perasaan sakit akibat kehilangan.

Namun berbeda dengan Suku Dani, mereka melambangkan kesedihan lantaran kehilangan salah satu anggota keluarga yang meninggal. Tidak hanya dengan menangis, tetapi memotong jari. Bila ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia seperti suami, istri, ayah, ibu, anak dan adik, Suku Dani diwajibkan memotong jari mereka.

Mereka beranggapan bahwa memotong jari adalah simbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang kehilangan anggota keluarganya. Pemotongan jari juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah ‘terulang kembali’ malapetaka yangg telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yg berduka.

Tradisi potong jari, dikenal dengan istilah “iki palek”, boleh dibilang tradisi unik dan ekstrim karena tradisi ini mengharuskan masyarakat untuk memotong jari-jari mereka.

Tradisi potong jari ini hanya bisa ditemukan pada Suku Dani. Bagi mereka, keluarga adalah segala-galanya. Tentu saja, kehilangan keluarga menjadi hal yang sangat menyedihkan. Uniknya, masyarakat suku Dani selalu memotong satu ruas jari setiap kali ada salah seorang keluarganya yang meninggal dunia. Hal ini dilakukan untuk mengungkapkan rasa sakitnya ditinggal anggota keluarga tersayang untuk selama-lamanya. Artinya, ketika ditinggal anggota keluarga, mereka akan merasakan sakit luar dan dalam.

Tradisi potong jari ini ternyata tidak dilakukan oleh semua masyarakat suku Dani. Menurut tradisi mereka, yang mempunyai kewajiban untuk memotong jari adalah kaum hawa saja. Biasanya, ini dilakukan oleh seorang ibu. Jika ibu sudah tidak meninggal, maka wanita paling tua yang melakukan tradisi ekstrim ini. Akan tetapi, ternyata juga sering ditemukan banyak pria yang juga melakukan tradisi ini sebagai bentuk ungkapan rasa sakit ditinggal keluarga. Meski setiap orang ingin punya anggota tubuh yang lengkap, namun mereka rela memotong jari-jari mereka hanya untuk mengungkapkan rasa cinta terhadap keluarga.

Aturan Tradisi Potong JariMungkin kalian bertanya-tanya, bagaimana mereka memotong jari-jari mereka setiap kalia ada anggota keluarga yang meninggal? Apakah menggunakan cara tradisional atau modern? Seperti kita tahu, suku-suku di Papua masih bisa dibilang tertinggal dari zaman. Artinya, mereka masih menggunaka cara-cara tradisional dalam segala aktifitasnya seperti berpakaian, memasak, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan tradisi potong jari ini, mereka memotong ruas jari dengan menggunakan kapak batu yang tumpul dan keras. Ada juga yang menggunakan pisau tradisional. Bahkan, ada yang lebih menyakitkan yaitu menggigit jari mereka sendiri sampai putus. Bisa dibayangkan, betapa mengerikan, bukan? Kita yang membayangkan saja sudah merasa merinding, apalagi jika melihat kejadiannya langsung. Tentu saja, ini sangat menyakitkan. Tapi bagi mereka, sakitnya kehilangan keluarga jauh lebih menyakitkan dibanding sakitnya kehilangan jari.

Mengapa Jari yang Dipotong?Bagi Suku Dani, jari bisa diartikan sebagai simbol kerukunan, kesatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga, walaupun dalam penamaan jari yang ada di tangan manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga, yaitu ibu jari. Akan tetapi jika dicermati perbedaan setiap bentuk dan panjang jari memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban pekerjaan manusia. Jari saling bekerjasama membangun sebuah kekuatan sehingga tangan kita bisa berfungsi dengan sempurna. Kehilangan salah satu ruasnya saja, bisa mengakibatkan tidak maksimalnya tangan kita bekerja. Jadi jika salah satu bagiannya menghilang, maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan.

Alasan lainnya adalah “Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik” atau pedoman dasar hidup bersama dalam satu keluarga, satu marga, satu honai (rumah), satu suku, satu leluhur, satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya. Kebersamaan sangatlah penting bagi masyarakat pegunungan tengah Papua. Kesedihan mendalam dan luka hati orang yang ditinggal mati anggota keluarga, baru akan sembuh jika luka di jari sudah sembuh dan tidak terasa sakit lagi. Mungkin karena itulah masyarakat pegunungan papua memotong jari saat ada keluarga yang meninggal dunia.

Tradisi potong jari ini sendiri dilakukan dengan berbagai banyak cara, mulai dari menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak, atau parang. Ada juga yang melakukannya dengan menggigit ruas jarinya hingga putus, mengikatnya dengan seutas tali sehingga aliran darahnya terhenti dan ruas jari menjadi mati kemudian baru dilakukan pemotongan jari.

Selain tradisi pemotongan jari, di Papua juga ada tradisi yang dilakukan dalam upacara berkabung. Tradisi tersebut adalah tradisi mandi lumpur. Mandi lumpur dilakukan oleh anggota atau kelompok dalam jangka waktu tertentu. Mandi lumpur mempunyai arti bahwa setiap orang yang meninggal dunia telah kembali ke alam. Manusia berawal dari tanah dan kembali ke tanah.

Beberapa sumber ada yang mengatakan tradisi potong jari pada saat ini sudah hampir ditinggalkan. Jarang orang yang melakukannya belakangan ini karena adanya pengaruh agama yang mulai berkembang di sekitar daerah pegunungan tengah Papua. Namun kita masih bisa menemukan banyak sisa lelaki dan wanita tua dengan jari yang telah terpotong karena tradisi ini.

Salah satu pertanyaan yang terbesit di pikiran kita, apa yang terjadi jika mereka tidak melakukan tradisi potong jari saat anggota keluarga ada yang meninggal? Sebenarnya, tidak ada kepercayaan apa-apa mengenai hal ini. akan tetapi, mereka masih tetap melestarikan tradisi ini hingga sekarang. Meski ada beberapa masyarakat yang sudah mulai meninggalkan tradisi ini, tapi faktanya masih banyak kita temukan masyarakat suku Dani yang selalu memotong jari mereka saat ditinggal keluarga ke alam baka.

Bagaimana jika mereka memiliki banyak anggota keluarga yang banyak dan sudah meninggal semua? Ada banyak wanita di suku Dani yang tinggal memiliki 3 jari saja. Bahkan ada yang ruas jari-jarinya sudah habis terpotong semua. Ini membuktikan kalau kesetiaan terhadap keluarga mereka begitu besar. Sangat menyedihkan memang. Mudah-mudahan tradisi yang mengerikan ini bisa diganti dengan tradisi yang lebih bermanfaat tanpa harus menyakiti diri-sendiri.

Dani adalah salah satu dari sekian banyak suku bangsa yang terdapat atau bermukim atau mendiami wilayah Pegunungan Tengah, Papua, Indonesia dan mendiami keseluruhan Kabupaten Jayawijaya serta sebagian kabupaten Puncak Jaya.

Suku Dani adalah sekelompok suku yang mendiami wilayah Lembah Baliem di Pegunungan Tengah, Papua. Pemukiman mereka berada di antara Bukit Ersberg dan Grasberg yang menyimpan kandungan emas, perak, dan tembaga. Suku Dani dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan telah menggunakan alat/perkakas yang pada awal mula ditemukan diketahui telah mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang terkenal sangat kuat dan berat.

Mereka menggantungkan hidup dari alam dengan bercocok tanam sebagai aktivitas utamanya. Setiap hari, Suku Dani menanam sayur mayur kemudian memanen dan menjualnya ke pasar. Dari cara berpakaian pun, mereka masih banyak mengenakan ''koteka'' (penutup kemaluan pria) yang terbuat dari kunden/labu kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di “honai-honai” (gubuk yang beratapkan jerami/ilalang). Upacara-upacara besar dan keagamaan, perang suku masih dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya). (Diolah dari Wikipidea & berbagai sumber)

 

 

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Feature Terbaru