Selasa, 30 Desember 2025

OECD Prediksi Perlambatan Ekonomi Indonesia, Airlangga Tegaskan Fokus Jaga Daya Beli Masyarakat


 OECD Prediksi Perlambatan Ekonomi Indonesia, Airlangga Tegaskan Fokus Jaga Daya Beli Masyarakat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam konferensi pers virtual terkait kesiapan Indonesia menuju keanggotaan OECD, yang digelar di Jakarta, Rabu (4/6/2025).(Foto: infoekonomi)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menanggapi proyeksi terbaru dari Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) yang memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat menjadi 4,7% pada 2025 dan sedikit naik menjadi 4,8% pada 2026.

Airlangga menegaskan bahwa pemerintah tetap berkomitmen menjaga daya beli masyarakat sebagai kunci utama dalam mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional di tengah tantangan global.

“Kami melihat upaya menjaga daya beli masyarakat sebagai prioritas agar ekonomi tetap tumbuh. Salah satu langkah konkret adalah peluncuran lima paket stimulus yang difokuskan untuk memperkuat sektor industri padat karya,” ujarnya dalam konferensi pers virtual terkait kesiapan Indonesia menuju keanggotaan OECD, yang digelar di Jakarta, Rabu (4/6/2025).

Stimulus Ekonomi untuk Jaga Daya Beli

Kelima paket stimulus tersebut meliputi beberapa kebijakan penting, antara lain diskon tiket transportasi umum, potongan tarif tol, peningkatan bantuan sosial dan bantuan pangan, subsidi upah bagi pekerja, serta perpanjangan diskon iuran Jaminan

Kecelakaan Kerja (JKK).Stimulus ini diharapkan mampu mendorong konsumsi domestik dan menjaga kelangsungan industri yang menyerap tenaga kerja besar, sehingga membantu mempertahankan momentum pemulihan ekonomi.

Langkah Serupa di Negara-Negara OECD

Airlangga juga menyebut bahwa pemerintah Indonesia memantau kebijakan serupa yang diterapkan oleh negara-negara anggota OECD lainnya. Banyak dari mereka juga menyiapkan paket stimulus untuk menjaga daya beli masyarakat agar konsumsi tetap terjaga di tengah ketidakpastian ekonomi global.

“Berbagai negara OECD pun sedang mengeluarkan paket-paket kebijakan guna menjaga konsumsi dalam kondisi perekonomian yang menantang seperti saat ini,” tambahnya.

Pelemahan Ekonomi Global dan Dampaknya ke Indonesia

Airlangga mengakui bahwa perlambatan ekonomi tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan merupakan fenomena global. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan perdagangan proteksionis Amerika Serikat dan ketatnya likuiditas di pasar keuangan internasional.

Dalam pertemuannya dengan Direktur Jenderal WTO, Ngozi Okonjo-Iwaela, Airlangga menuturkan bahwa perang tarif atau reciprocal tariff AS menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi beberapa negara hingga 0,5% sampai 0,7%.

Laporan OECD dan Outlook Ekonomi Dunia

Sebelumnya, OECD merilis laporan Economic Outlook terbaru yang menunjukkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menurun dari 3,3% pada 2024 menjadi sekitar 2,9% pada tahun 2025 dan 2026.

Menurut OECD, tekanan utama yang mempengaruhi perlambatan ini adalah melemahnya kepercayaan pasar, hambatan perdagangan yang meningkat, serta biaya pinjaman yang lebih tinggi. Kondisi ini secara langsung menekan tingkat konsumsi dan investasi di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru