Rabu, 31 Desember 2025

Likuiditas Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,2 Persen, Capai Rp9.390 Triliun pada April 2025


 Likuiditas Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,2 Persen, Capai Rp9.390 Triliun pada April 2025 Likuiditas Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,2 Persen. (Ilustrasi Gramedia)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh sebesar 5,2 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada April 2025, dengan total mencapai Rp9.390 triliun.

“Pertumbuhan M2 sebesar 5,2 persen yoy, melambat dari bulan sebelumnya yang tercatat 6,1 persen,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, Jumat (24/5).

Pertumbuhan M2 ini ditopang oleh kenaikan uang beredar sempit (M1) sebesar 6,0 persen dan uang kuasi sebesar 2,4 persen secara tahunan.

Peningkatan M2 juga dipengaruhi oleh penyaluran kredit yang tumbuh sebesar 8,5 persen yoy, sedikit melambat dari 8,7 persen pada Maret 2025. Kredit yang dimaksud terbatas pada pinjaman langsung, tidak termasuk instrumen seperti surat berharga, tagihan akseptasi, atau repo.

Selain itu, dilansir Antara, kredit yang diberikan tidak termasuk kredit yang diberikan oleh kantor bank umum yang berkedudukan di luar negeri, dan kredit yang disalurkan kepada pemerintah pusat dan bukan penduduk.

Selanjutnya, tagihan bersih kepada pemerintah pusat terkontraksi sebesar 21,0 persen (yoy), setelah pada bulan sebelumnya terkontraksi sebesar 8,7 persen (yoy).

Sementara aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 3,6 persen (yoy), setelah pada Maret 2025 tumbuh sebesar 6,0 persen (yoy).

Adapun uang primer (M0) adjusted pada April 2025 tumbuh 13,0 persen (yoy) setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 21,8 persen (yoy) sehingga tercatat sebesar Rp1.952,3 triliun.

Perkembangan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan uang kartal yang diedarkan sebesar 7,3 persen (yoy) dan giro bank umum di Bank Indonesia adjusted sebesar 9,9 persen (yoy).

Berdasarkan faktor yang memengaruhinya, pertumbuhan M0 adjusted dipengaruhi oleh pengendalian moneter yang sudah mempertimbangkan dampak pemberian insentif likuiditas (pengendalian moneter adjusted).

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru