Selasa, 30 Desember 2025

Meski Melambat Asia Timur dan Pasifik Masih Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi


 Meski Melambat  Asia Timur dan Pasifik Masih Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi Vice President of the World Bank for East Asia and the Pacific Manuela V Ferro

JAKARTA, ARAHKITA.COM

Bank Dunia (Bank Dunia) mengatakan kawasan Asia Timur dan Pasifik (Asia Timur dan Pasifik) yang sedang berkembang, terus tumbuh lebih cepat daripada kawasan lain di dunia pada tahun 2024, tetapi lebih lambat daripada sebelum pandemi.

“Negara-negara di Kawasan Asia Timur dan Pasifik terus menjadi mesin pertumbuhan bagi perekonomian dunia. Namun, pertumbuhannya melambat,” kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Manuela V Ferro dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa.

Bank Dunia memperkirakan ekonomi kawasan Asia Timur dan Pasifik tumbuh 4,8 persen pada tahun 2024 dan 4,4 persen pada tahun 2025, lebih tinggi dari proyeksi April 2024 yaitu sebesar 4,5 persen pada tahun 2024 dan 4,3 persen pada tahun 2025.

Proyeksi tersebut menunjukkan pertumbuhan kawasan Asia Timur dan Pasifik yang melambat jika dibandingkan sebelum pandemi COVID-19, yang mana pada periode 2015-2019, kawasan tersebut mampu mencatatkan pertumbuhan rata-rata 6,4 persen.

Untuk mempertahankan pertumbuhan yang kuat dalam jangka menengah, Manuela menuturkan negara-negara di kawasan tersebut harus proaktif dalam memodernisasi dan mereformasi ekonomi mereka untuk menavigasi perubahan pola perdagangan dan perubahan teknologi.

Manuela mengatakan Laporan Bank Dunia untuk Update Ekonomi Asia Timur dan Pasifik edisi Oktober 2024 (World Bank East Asia and The Pacific Economic Update October 2024), yang dirilis hari ini menyoroti tiga faktor yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan regional Asia Timur dan Pasifik, yaitu pergeseran perdagangan dan investasi, memperlambat pertumbuhan di Tiongkok, dan meningkatkan kebijakan global.

Menurutnya, ketegangan perdagangan baru ini antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok telah menciptakan peluang bagi negara-negara seperti Vietnam untuk memperdalam peran mereka dalam rantai nilai global dengan menghubungkan mitra dagang utama.

Namun, ruang lingkup untuk memainkan peran seperti itu mungkin menyusut seiring diberlakukannya aturan asal barang (rules-of-origin) yang lebih ketat terkait dengan impor dan ekspor.

Perusahaan-perusahaan Vietnam yang mengekspor ke AS mengalami pertumbuhan penjualan hampir 25 persen lebih cepat daripada yang mengekspor ke tujuan lain selama periode 2018-2021.

Negara-negara tetangga Tiongkok telah diuntungkan dari pertumbuhannya yang kuat selama tiga dekade terakhir, namun ukuran dorongan itu kini berkurang seiring dengan lambatnya pertumbuhan Tiongkok. Impor Tiongkok hanya tumbuh 2,8 persen dalam tujuh bulan pertama tahun 2024 dibandingkan dengan hampir 6 persen per tahun dalam dekade sebelumnya.

Selain itu, dampak global dapat berdampak negatif pada perekonomian kawasan Asia Timur dan Pasifik. Selain geopolitik wilayah, kebijakan ekonomi yang meningkat dapat mengurangi produksi industri dan harga saham di wilayah masing-masing hingga 0,5 persen dan 1 persen.

Oleh karena itu, kawasan Asia Timur dan Pasifik perlu memperkuat pendorong pertumbuhan domestik dengan menerapkan reformasi yang lebih mendalam yang telah lama tertunda. Kemudian, diselesaikannya perjanjian perdagangan internasional yang lebih mendalam di kawasan itu dan dengan negara-negara besar lainnya dapat membantu menciptakan perdagangan yang lebih terbuka dan stabil.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru