Selasa, 30 Desember 2025

Rupiah Menguat Setelah Rapat FOMC, Pasar Merespons Positif Langkah The Fed


 Rupiah Menguat Setelah Rapat FOMC, Pasar Merespons Positif Langkah The Fed Ilustrasi - Teller menunjukkan uang rupiah (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/kye)

JAKARTA, ARAHKITA.COM — Rupiah kembali menunjukkan penguatan pada pembukaan perdagangan Jakarta, Jumat (12/12/2025). Mata uang Garuda naik tipis 10 poin atau 0,06 persen ke level Rp16.666 per dolar AS, dibanding posisi sebelumnya di Rp16.676 per dolar AS.

Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, sentimen utama yang mendorong penguatan rupiah berasal dari hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan Desember 2025. Dalam keputusan terbarunya, The Fed menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,50–3,75 persen, sekaligus mengumumkan kembali dimulainya pembelian surat berharga pemerintah AS senilai 40 miliar dolar AS.

Josua menjelaskan bahwa kebijakan tersebut dipandang pasar sebagai sinyal keluarnya The Fed dari kebijakan Quantitative Tightening (QT). Langkah ini membuat dolar AS melemah secara global dan memberi ruang bagi penguatan sejumlah mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Selain keputusan FOMC, data terbaru terkait Initial Jobless Claims AS juga ikut menekan dolar. Klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir Sabtu (6/12/2025) melonjak menjadi 236 ribu, jauh lebih tinggi dibanding pekan sebelumnya di 192 ribu dan melampaui konsensus 220 ribu. Lonjakan ini merupakan yang terbesar sejak 2020, mempertegas sinyal bahwa pasar tenaga kerja AS mulai melemah.

Dengan kombinasi faktor eksternal tersebut, Josua memperkirakan rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak di kisaran Rp16.625–16.725 per dolar AS.

Dampak dari keputusan FOMC juga terasa di pasar obligasi. Yield US Treasury (UST) tercatat turun, sehingga mendukung penguatan rupiah dan mendorong penurunan yield Surat Berharga Negara (SBN), terutama untuk tenor pendek dikutip Antara.

Pada perdagangan Kamis (11/12), yield SBN benchmark tercatat:

  • 5 tahun: 5,63% (-3 bps)
  • 10 tahun: 6,18% (-1 bps)
  • 15 tahun: 6,46% (0 bps)
  • 20 tahun: 6,58% (0 bps)

Sementara itu, volume perdagangan obligasi pemerintah pada Rabu (10/12) mencapai Rp19,98 triliun, menurun dibanding sesi sebelumnya yang tercatat Rp21,98 triliun.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru