Rabu, 31 Desember 2025

Industri Asuransi Indonesia Kalah dari Filipina hingga Singapura, LPS Beberkan Penyebabnya


 Industri Asuransi Indonesia Kalah dari Filipina hingga Singapura, LPS Beberkan Penyebabnya Anggota Dewan Komisioner Bidang Program Penjaminan Polis LPS Ferdinan D. Purba bersama Direktur Eksekutif Klaim dan Resolusi Bank, Dimas Yuliharto dan Direktur Eksekutif Surveilans, Data, dan Pemeriksaan Asuransi LPS Suwandi dalam acara Literasi Menabung dan Berasuransi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (07/12/2025). ANTARA/Muhammad Heriyanto.

BANDUNG, ARAHKITA.COM – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyoroti rendahnya tingkat penetrasi industri asuransi Indonesia dibandingkan negara-negara ASEAN. Berdasarkan data terbaru, posisi Indonesia masih berada di bawah Filipina, Malaysia, Thailand, bahkan Singapura.

Direktur Eksekutif Surveilans, Data, dan Pemeriksaan Asuransi LPS, Suwandi, menjelaskan bahwa tingkat penetrasi asuransi Indonesia belum banyak bergerak dari angka 1,40 persen pada akhir 2024. Angka ini bahkan tidak menunjukkan perubahan signifikan sejak sebelum krisis keuangan Asia.

“Penetrasi asuransi tertinggi di kawasan kita masih dipegang Singapura dengan 7,40 persen. Negara-negara maju biasanya berada di level 9 sampai 10 persen,” ujar Suwandi dalam acara Literasi Menabung dan Berasuransi di Kabupaten Bandung, Minggu (7/12/2025).

Untuk perbandingan, tingkat penetrasi asuransi pada akhir 2024 tercatat:

  • Filipina: 1,80%
  • Malaysia: 3,80%
  • Thailand: 5,10%
  • Singapura: 7,40%

Kasus Asuransi Tekan Kepercayaan Publik

Suwandi menilai, rendahnya penetrasi asuransi Indonesia tidak terlepas dari maraknya kasus gagal bayar ataupun pencabutan izin usaha yang menyeret sejumlah perusahaan asuransi dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini menggerus kepercayaan publik dan menahan laju pertumbuhan industri.

“Sejak 2016 hingga 2025, ada 19 perusahaan asuransi yang izinnya dicabut oleh OJK. Kasus-kasus tersebut membuat masyarakat menjadi ragu terhadap produk asuransi,” ujarnya.

Selain persoalan kepercayaan, ia juga melihat adanya kesenjangan produk antara Indonesia dan negara-negara lain. Namun, menurutnya, celah ini justru membuka ruang pertumbuhan yang sangat besar.

“Sisi positifnya, pasar masih luas. Perusahaan asuransi punya ruang gerak yang lebar untuk mengejar penetrasi,” tambahnya.

LPS Siapkan Program Penjaminan Polis

Pada kesempatan yang sama, Anggota Dewan Komisioner Bidang Program Penjaminan Polis LPS, Ferdinan D. Purba, menilai industri asuransi Indonesia masih menghadapi tantangan fundamental, baik dari sisi regulasi, produk, maupun ekosistem yang belum matang.

Ia menyebut penetrasi pasar secara umum sebenarnya berada di kisaran 2,7 persen, namun jika dirinci berdasarkan jenis produk asuransi jiwa dan umum, angka penetrasinya baru menyentuh 1,4 persen.

“Ini menunjukkan bahwa industri masih berjuang menghadapi berbagai tekanan di sektor keuangan,” ungkapnya dikutip Antara.

Untuk memperbaiki kondisi tersebut, LPS tengah menyiapkan Program Penjaminan Polis (PPP). Program ini diperkirakan menjadi instrumen penting dalam meningkatkan kepercayaan publik dan memperkuat stabilitas industri, sebagaimana terjadi di sejumlah negara lain yang telah menerapkan mekanisme serupa.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru