Loading
Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Jumat (1/3/2024). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa/pri.
JAKARTA, ARAHKITA.COM — Rupiah kembali menurun pada penutupan perdagangan Jumat (28/11/2025). Nilai tukar terhadap dolar Amerika Serikat (USD) melemah 39 poin atau 0,23 persen dibanding hari sebelumnya, bergerak ke posisi Rp16.675 per dolar AS dari Rp16.636 per dolar AS.
Menurut Taufan Dimas Hareva, Research & Development Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), pelemahan rupiah kali ini masih sangat dipengaruhi faktor eksternal. Ia menjelaskan bahwa tekanan global kembali meningkat sehingga membuat investor cenderung menahan diri untuk masuk ke aset berisiko.
“Dolar AS memang tidak lagi menguat agresif, namun ketidakpastian global tetap besar. Kondisi ini membuat rupiah bergerak defensi karena dukungan dari faktor domestik juga belum solid,” ujar Taufan dalam keterangannya di Jakarta.
Ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember 2025 sebenarnya cukup tinggi—bahkan diperkirakan telah melewati level 87 persen. Namun harapan itu belum cukup untuk menarik arus modal masuk secara signifikan. Pelaku pasar disebut masih menunggu sinyal lebih jelas mengenai kebijakan moneter Amerika serta perkembangan politik di negara tersebut, termasuk isu pergantian pimpinan The Fed.
Sumber internasional menyebut Presiden AS Donald Trump berpeluang mengumumkan ketua Federal Reserve baru sebelum Natal 2025. Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengungkapkan ada lima kandidat yang tengah dinilai, masing-masing memiliki pandangan berbeda mengenai inflasi, lapangan kerja, dan stabilitas ekonomi negeri Paman Sam.
Mengemuka nama-nama seperti Kevin Hassett, Michelle Bowman, Christopher Waller, Kevin Warsh, hingga Rick Rieder dari BlackRock. Daftar resmi kandidat akan diserahkan kepada Trump usai perayaan Thanksgiving.
Tekanan Domestik Masih Kuat
Dari dalam negeri, belum muncul faktor pendorong yang cukup untuk menahan pelemahan rupiah. Menjelang akhir bulan, permintaan valas korporasi meningkat sehingga memberi tambahan tekanan terhadap USD-IDR dikutip Antara.
Selain itu, kebijakan Bank Indonesia yang masih mengutamakan stabilitas dinilai pasar belum memberi ruang lebih untuk mengerek penguatan rupiah, khususnya tanpa tambahan arus modal segar dari luar negeri.
Dengan kombinasi sentimen global yang rumit dan katalis domestik yang tipis, rupiah akhirnya menutup perdagangan dalam posisi melemah.
Sementara itu, Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) juga ikut turun tipis ke level Rp16.661 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.644.