Loading
Country Director Google Indonesia, Veronica Utami saat memberikan paparan laporan e-Conomy SEA 2025 yang digelar di Jakarta, Kamis (13/11/2025). ANTARA/Adimas Raditya
JAKARTA, ARAHKITA.COM — Indonesia kembali mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin ekonomi digital di Asia Tenggara. Tahun ini, nilai ekonomi digital nasional melonjak hingga 14 persen dibanding tahun sebelumnya, dengan Gross Merchandise Value (GMV) yang hampir menyentuh USD 100 miliar.
Country Director Google Indonesia, Veronica Utami, menyebut peningkatan tersebut sebagai bukti kuatnya daya tahan ekonomi digital Indonesia di tengah situasi global yang serba tidak pasti.
“Indonesia masih menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. GMV-nya kini mendekati USD 100 miliar,” kata Veronica dalam paparan laporan e-Conomy SEA 2025 di Jakarta, Kamis (13/11/2025).
Laporan yang disusun Google bersama Temasek dan Bain & Company itu memperkirakan ekonomi digital Asia Tenggara akan melampaui USD 300 miliar pada 2025, didorong pertumbuhan tahunan sekitar 15 persen. Dari gambaran regional tersebut, Indonesia menyumbang hampir sepertiga kontribusi.
E-commerce, Media Digital, dan Fintech Jadi Penopang Utama
Dalam pemaparan tersebut, Veronica menyoroti beberapa sektor yang menjadi tulang punggung ekonomi digital Indonesia. E-commerce masih mendominasi dengan kontribusi mencapai USD 71 miliar.
Sektor media digital juga tumbuh stabil sebesar 16 persen hingga bernilai USD 9 miliar, sementara layanan pembayaran digital, pinjaman daring, dan inovasi fintech lainnya semakin memperluas akses dan mendorong transaksi keuangan masyarakat.
AI Masuk Era Emas: Dari Tren Menjadi Kekuatan Ekonomi
Salah satu sorotan utama dalam laporan itu adalah peran besar kecerdasan artifisial (AI) dalam akselerasi ekonomi digital Indonesia. Veronica menegaskan bahwa AI kini bukan lagi sebatas konsep teknologi masa depan.
“AI sudah menjadi peluang pertumbuhan inti. Integrasi AI hari ini adalah keunggulan kompetitif yang menentukan arah ekonomi Indonesia,” tegasnya dikutip Antara.Indonesia juga tercatat masuk 20 besar negara dengan minat tertinggi terhadap AI multimodal di dunia. Pendapatan dari aplikasi berbasis AI bahkan tumbuh hingga 127 persen year-on-year.
Fakta menarik lainnya, 80 persen pengguna AI di Indonesia sudah berinteraksi dengan fitur berbasis AI setiap hari—mulai dari mesin rekomendasi, percakapan otomatis, hingga alat kreatif dan produktivitas.
Perlu Kolaborasi Lebih Kuat agar Momentum Tidak Hilang
Dengan potensi sebesar itu, Google menilai Indonesia membutuhkan pendekatan kolaboratif agar perkembangan ekonomi digital terus berkelanjutan. Pemerintah, pelaku usaha, dan investor diharapkan bisa bergerak sejalan untuk menciptakan inovasi buatan lokal.
“Antusiasme masyarakat terhadap teknologi harus diubah menjadi inovasi yang lahir dari Indonesia,” tutup Veronica.