Selasa, 30 Desember 2025

IHSG Menguat di Tengah Sinyal Berakhirnya Government Shutdown Amerika Serikat


 IHSG Menguat di Tengah Sinyal Berakhirnya Government Shutdown Amerika Serikat Arsip foto - Pengunjung melintas di depan layar yang menampilkan pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (27/10/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin (27/10) ditutup melemah 154,57 poin atau 1,87 persen ke level 8.117,15. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/YU

JAKARTA, ARAHKITA.COM — Bursa saham Indonesia dibuka hijau pada perdagangan Rabu (12/11/2025), mengikuti sentimen positif dari Amerika Serikat yang mulai menunjukkan tanda-tanda berakhirnya government shutdown setelah lebih dari sebulan lumpuh.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 25,77 poin atau 0,31 persen ke level 8.392,28 di awal perdagangan. Sementara itu, indeks LQ45 juga ikut naik 0,29 persen ke posisi 845,12.

“Pasar hari ini cenderung positif karena ada kabar baik dari hasil voting anggaran di AS. Namun, investor tetap perlu waspada terhadap potensi koreksi akibat faktor domestik,” ujar Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam laporannya di Jakarta.

Dari Washington: Harapan Baru di Tengah Ketegangan Politik

Sentimen global membaik setelah Senat Amerika Serikat menyetujui rancangan undang-undang untuk mengakhiri shutdown pemerintahan yang sudah berlangsung selama 42 hari sejak 1 Oktober 2025.

Jika disetujui oleh Dewan Perwakilan AS, pemerintahan federal akan kembali beroperasi dalam 24–48 jam ke depan. Meski begitu, kesepakatan ini hanya bersifat sementara karena pendanaan baru berlaku hingga 30 Januari 2026, sehingga risiko shutdown kembali masih membayangi.

Presiden Donald Trump diperkirakan akan segera menandatangani RUU tersebut menjadi undang-undang. Langkah ini diharapkan bisa mengembalikan aktivitas pemerintah serta memberikan kelegaan bagi jutaan pegawai negeri dan penerima bantuan sosial di AS.

Dari Dalam Negeri: Konsumsi Masih Jadi Andalan

Sementara itu, dari sisi domestik, Bank Indonesia (BI) melaporkan penurunan penjualan eceran sebesar 2,4 persen (month-to-month) pada September 2025, terutama disebabkan oleh turunnya sektor sandang. Namun secara tahunan (year-on-year), penjualan masih tumbuh 3,7 persen.

BI optimistis kondisi akan membaik pada Oktober dengan proyeksi pertumbuhan 4,3 persen (yoy), seiring peningkatan konsumsi masyarakat menjelang Natal dan tahun baru. Meski demikian, tekanan inflasi diperkirakan masih akan meningkat hingga awal 2026.

Bursa Global Kompak Menguat

Pergerakan positif juga terlihat di pasar saham global. Pada perdagangan Selasa (11/11), indeks Euro Stoxx 50 naik 0,20 persen, FTSE 100 Inggris menguat 1,09 persen, DAX Jerman bertambah 0,53 persen, dan CAC Prancis melonjak 1,25 persen.

Sementara di Wall Street, indeks Dow Jones melesat 1,18 persen ke level 47.927, S&P 500 naik 0,21 persen ke 6.846, dan Nasdaq Composite sedikit melemah 0,31 persen ke 25.532.

Dari kawasan Asia, pasar regional pagi ini juga bergerak positif:

  • Nikkei Jepang naik 0,21 persen ke 50.942,
  • Shanghai Composite menguat 0,26 persen ke 4.013,
  • Hang Seng Hong Kong naik 1,11 persen ke 26.993,
  • Straits Times Singapura bertambah 0,23 persen ke 4.552.

Sinyal Positif tapi Tetap Waspada

Dengan berakhirnya shutdown di AS dan tren positif di pasar global, IHSG berpeluang melanjutkan penguatan. Namun, faktor domestik seperti inflasi dan konsumsi masih perlu dicermati oleh investor.

Momentum ini bisa menjadi peluang bagi pelaku pasar untuk melakukan positioning di saham-saham defensif maupun sektor konsumsi yang berpotensi pulih di akhir tahun.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru